AS Berencana Jual Senjata Senilai Rp 31 Triliun ke Taiwan, China Meradang

Amerika Serikat dikabarkan setuju untuk kemungkinan penjualan senjata senilai Rp 31 triliun ke Taiwan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 09 Jul 2019, 11:48 WIB
Tentara pasukan khusus Taiwan mensimulasikan strategi penyerangan terhadap China dalam latihan militer tahunan terbesar Han Kuang di sebuah pangkalan udara di Taichung, Kamis (7/6). (AP/Chiang Ying-ying)

Liputan6.com, Washington DC - Kementerian luar negeri Amerika Serikat (AS) telah menyetujui kemungkinan penjualan senjata ke Taiwan, yang diperkirakan bernilai US$ 2,2 miliar (setara Rp 31 triliun), kata Pentagon pada Senin 8 Juli.

Keputusan itu menuai kritik luas dari pemerintah China, yang menilainya sebagai "sesuatu yang lancang", demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (9/7/2019).

Bulan lalu, kementerian luar negeri China mengatakan mereka sangat khawatir tentang penjualan senjata AS ke Taiwan, dan mendesak Washington untuk menghentikan kesepakatan terkait guna menghindari rusaknya hubungan bilateral antar-kedua negara.

Penjualan senjata yang diminta oleh Taiwan, termasuk 108 General Dynamics Corp M1A2T tank Abrams dan 250 rudal Stinger, tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di wilayah Asia Timur, kata Badan Kerjasama Keamanan Pertahanan (DSCA) Pentagon dalam sebuah pernyataan.

DSCA memberi tahu Kongres AS pada hari Senin tentang kemungkinan penjualan senjata, yang katanya juga dapat mencakup senapan mesin, amunisi, kendaraan lapis baja Hercules, alat angkut alat berat, dan beberapa dukungan terkait.

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


AS Sebagai Pemasok Senjata Utama Taiwan

Bendera Amerika Serikat (AP PHOTO)

Kantor berita Reuters melaporkan pada bulan lalu, bahwa pemberitahuan tidak resmi mengenai penjualan senjata ke Taiwan, telah dikirim ke Kongres AS.

Hingga saat ini, AS masih menjadi pemasok senjata utama ke Taiwan, yang dianggap oleh China sebagai provinsi pemberontak.

Meski begitu, China belum sekalipun mengerahkan kekuatan militernya untuk menarik kembali pulau tersebut di bawah kendalinya.

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan pada bulan Maret, bahwa Washington menanggapi positif permintaan Taipei untuk penjualan senjata baru, guna meningkatkan pertahanannya dalam menghadapi tekanan dari China.


Terikat tapi Tak Punya Hubungan Formal

Pesawat jet tempur tipe F-16 buatan AS milik Angkatan Udara Taiwan melakukan pendaratan di jalan raya dalam rangkaian latihan militer "Han Kuang" di wilayah selatan Changhua, Selasa (27/5/2019). Latihan perang itu sebagai simulasi untuk mengantisipasi serangan China. (Military News Agency via AP)

AS tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, tetapi terikat oleh kebijakan hukum untuk membantu menyediakan sarana dalam mempertahankan diri.

American Institute of Taiwan yang berbasis di ibu kota, Taipei, bertindak sebagai kedutaan de facto bagi Negeri Paman Sam.

Kurang dari 20 negara mengakui Taiwan sebagai negara merdeka.

Sementara itu, kementerian pertahanan Taiwan mengkonfirmasi telah meminta pembelian senjata-senjata dari AS itu berjalan normal.

Komitmen AS untuk menyediakan senjata kepada Taiwan dalam mempertahankan diri, juga berarti mengkonsolidasikan kemitraan keamanan kedua negara, kata kementerian itu, dalam pernyataan bulan lalu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya