Try Sutrisno Ingatkan Bahaya Perang Siber

Try Sutrisno menuturkan, basis perang siber adalah kekuatan teknologi.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 09 Jul 2019, 14:48 WIB
Wapres Indonesia ke-6, Try Sutrisno memberi sambutan saat menghadiri Dialog Kebangsaan Seri II di Stasiun Gambir, Jakarta, Senin (18/2). Dialog tersebut mengambil tema "Mengokohkan kebangsaan menyongsong Indosia Emas 2045". (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden RI ke-6, Jenderal TNI (Purn) Try Sutrisno mengingatkan dengan perkembangan teknologi saat ini, perang siber harus diwaspadai. Untuk itu, kata Try Sutrisno, TNI harus mampu megatasi ancaman siber.

Hal ini disampaikan saat menjadi pembicara simposium dengan mengusung tema 'Penataan Wilayah Pertahanan dalam Rangka Mewujudkan Pertahanan Negara yang Tangguh', di kantor Kementerian Pertahanan.

"Spektrum keamanan itu sudah complicated. Perang sekarang ini bukan cuma konvensional, tapi juga diperkuat dengan kemajuan teknologi, jadi diciptakan perang tak berwujud, cyber war," kata Try di Kemenhan, Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Dia menuturkan, basis perang siber adalah kekuatan teknologi. Sehingga, perang tidak terjadi secara fisik, melainkan di dunia maya. Daya rusak dari perang siber lebih luas ketimbang perang fisik.

"Aspek yang dihancurkan lebih luas, yakni ideologi, politik, ekonomi, budaya, hankam juga bisa dihancurkan melalui itu," jelas Try.


Bela Negara

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu juga mengingatkan ancaman perang proxy. Perang tersebut menitikberatkan pada penggunaan kekuatan pihak ketiga. Misalnya saja penggunaan kekuatan ekstrem kelompok tertentu yang ditujukan untuk menimbulkan permusuhan di Indonesia.

"Apalagi perang modern ini yang akan kita songsong. Itu udah banyak. Kekuatan dari ekstrem agama yang dimasukkan ke sini untuk menimbulkan permusuhan di Indonesia," terang Try.

Karena itu, kata dia, program Bela Negara yang menitikberatkan kemanunggalan TNI dan rakyat harus terus digaungkan.

"Untuk mengantisipasi berbagai ancaman yang ada di Indonesia. Jadi istilahnya harus rakyat-tentara," pungkasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya