Liputan6.com, Jakarta Makanan atau kudapan manis tak melulu berdampak negatif bagi tubuh. Di balik nama kudapannya, biasanya mengonsumsi makanan manis dalam jumlah moderat justru berdampak baik ke tubuh.
Mulai dari sumber energi, memperbaiki mood, hingga menurunkan tekanan darah. Ya manfaat luar biasa makanan manis itu bisa dirasakan lewat Coklat Tempe dan Brownis Sagu.
Advertisement
Dua kudapan itu merupakan produk lokal para siswa SMK yang mengikuti Lomba Kompetensi Siswa (LKS) Marketing 2019. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari LKS SMK Nasional 2019 yang digelar pada 7-13 Juli di Yogyakarta.
Saat ditemui di Jogya Expo Center (JEC), Lukas Setiawan (17) yang mewakili SMK Mitra Bakti dari Lampung Timur menjelaskan bahwa Coklat Tempe Blimbing Wuluh atau Cokte Bingluh menjadi salah satu produk lokal yang banyak disukai.
"Jadi memang terbuat dari tempe dan belimbing wuluh. Tempe itu menggantikan kacang dan belimbing wuluh itu rasanya menggantikan kismis. Cokte Bingluh ini juga ada varian rasa, seperti cokelat, cokelat putih, dan green tea," kata Lukas.
Namun ternyata bukan hanya Cokte Bingluh saja, SMK Mitra Bakti juga memiliki produk lokal lain, yaitu Miss Bingluh (manisan belimbing wuluh), dan Torakur (tomat rasa kurma). Nah ada alasan mengapa membuat produk lokal dari belimbing wuluh.
"Di wilayah Lampung belimbing wulih tidak ada nilai ekonomisnya, tidak ada nilai jual. Oleh karena itu kami berinisiatif meningkatkan produktivitas dari barang yang tak digunakan menjadi barang yang memiliki nilai jual," jelas Lukas.
Nah selain inovasi dari Lampung Timur, juga ada produk lokal dari Kepulauan Meranti, Riau. Ya, Steven Candra Setiawan siswa atau peserta dari SMK Negeri 1 Tebing Tinggi, ikut adu bakat di marketing online.
Dia menawarkan produknya berupa Brownis Sagu Meranti. Steven yang duduk di kelas dua SMK menjelaskan kalau bahan dasar pembuatan brownisnya memang berbeda.
"Rata-rata pakai tepung biasa, kalau brownis ini berbahan dasar sagu dan home industri," jelas pelajar berusia 15 tahun itu.
Sagu, kata Steven, sengaja dimanfaatkan untuk membuat brownis karena Kepulauan Meranti merupakan daerah penghasil sagu dengan kualitas terbaik di dunia. Steven bahkan mengklaim bahwa brownisnya sudah melalui sejumlah pengecekan.
"Jadi kelebihan brownis ini rendah gula, tinggi kalsium karena bahan dasar sagu, dan tanpa bahan pengawet. Brownis ini bertahan selama satu minggu di suhu ruang," jelasnya.
Pertama Digelar
Para peserta LKS SMK Nasional 2019 di bidang kompetensi Marketing (Online) adalah mereka yang terampil di jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran (BDP). Dengan kata lain, mereka adalah siswa atau peserta terbaik yang mampu memasarkan suatu barang, baik secara online atau offline.
Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud, Bakrun bahkan sangat mendukung LKS Marketing 2019 yang dipilih berdasarkan proses seleksi. Total dalam ajang kompetensi ini ada 10 peserta dari yang mewakili sekolah dan provinsinya.
"Jadi memang semua SMK perlu mempersiapkan diri karena teknologi industri 4,0 akan mewarnai industri masa depan," kata Bakrun.
Selain itu, Dedy Budiman sebagai Champion Sales Trainer yang juga juri LKS Marketing 2019 mengatakan bahwa bidang kompetensi ini baru pertama kali digelar. Oleh karena itu, para juri pun benar-benar memilih siswa dengan kompetensi yang mumpuni, untuk mengikuti kompetisi ini.
"Itu karena kami benar-benar menyaring dari ratusan siswa dari 34 provinsi. Sebelum sampai di tahap final ini. Mereka kami edukasi mengenai strategi marketing, bagaimana mengimplentasikan produk dalam kegiatan offline dan online, dan bagaimana menghadapi keberatan pelanggan," jelas Dedy.
Untuk diketahui, LKS Tingkat Nasional ke-27 ini diselenggarakan di empat titik di Yogyakarta, yaitu di Jogya Expo Center (JEC), Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), SMK Negeri 6 Yogyakarta, dan Ballroom Grand Dafam Rohan.
Nantinya akan dipilih pemenang I, II, dan III yang dinilai berdasarkan hasil penghitungan Competition Information System (CIS). Ini merupakan sitem penilaian yang berstandar World Skill Competition (WSC). Akan tetapi hanya juara pertama yang nantinya akan diberikan pendampingan khusus selama dua tahun, untuk mengikuti perlombaan kompetensi pada 2021 di China.
(Adv)