Jadi Viral, Tanah Retak di Pantai Anom Tangerang Dipadati Pengunjung

Pantai Anom Tangerang yang mendadak dipadati pengunjung setelah jadi viral dianggap belum punya fasilitas memadai.

oleh Pramita Tristiawati diperbarui 10 Jul 2019, 03:01 WIB
Tanah Retak di Pantai Anom Tangerang (foto: Pramita Tristiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Di media sosial sedang viral tanah retak di kawasan Pantai Anom, Desa Kramat, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Hal itu justru membuat tempat tersebut ramai dikunjungi pelancong, terutama dari luar daerah.

Padahal akses ke tempat tersebut cukup sulit. Kalau kita masuk dari gang kantor Kelurahan Kramat, masih bisa diakses dengan mobil. Sekitar 500 meter kemudian akan terlihat hamparan tambak lobster dan ikan bandeng. Hanya sampai di sana kendaraan roda empat bisa melaju.

Untuk menuju ke Pantai Anom, hanya menyisakan jalan setapak dengan yang diapit tambak di sebelah kiri dan kanan jalan. "Ke dalamnya masih lumayan jauh, sekitar satu sampai dua kilometer. Kalau mau cepat ya bisa naik ojek," tutur Yuni, salah seorang warga setempat, Selasa, 9 Juli 2019.

Perempuan ramah ini kemudian memanggil warga yang memiliki motor untuk ditumpangi sebagai jasa ojek. Cukup dengan membayar ongos Rp10 ribu sekali jalan, pengunjung akan sampai di Pantai Anom. Kawasan tanah retak itu tidak begitu luas tapi dari kejauhan terlihat ramai.

"Dulu enggak seramai sekarang, tapi gara-gara banyak yang posting di Facebook, Instagram, soal tanah yang retak itu, jadi ramai kaya sekarang. Saya juga enggak nyangka, kayak diluar logika," tutur Agus seorang warga lainnya.

Seperti kawasan wisata yang baru viral, Pantai Anom tidak memiliki fasilitas memadai untuk wisatawan. Hanya ada tempat parkir motor yang dijejer rapih. Pengunjung cukup membayar Rp5 ribu per motor, lalu mereka berjalan kaki melintasi tambak yang sudah tidak terpakai.

Tanah retak terlihat jelas di kawasan tersebut, luasnya hanya sekitar satu hektar. Di atasnya menjulang Mangroove yang sudah kering, efek dari tanah yang di bawahnya kering, retak dan tandus karena kemarau. Di area inilah banyak anak muda berekspresi dan bergaya dengan kamera gawai mereka.

Ada berbagai sudut dan gaya yang mereka ambil demi mengisi konten media sosialnya. "Saya tahu ini dari Instagram teman, terus sudah banyak juga yang foto-foto di sini. Jadi penasaran pengen lihat dan foto langsung," tutur Ayu Putri, salah seorang pengunjung asal Jakarta.

Menurutnya, fenomena tanah retak lengkap dengan pohon kering di atasnya, seperti berada di luar negeri."Gersang kaya di Afrika, tapi bagus buat selfie,” ujarnya. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Fenomena Alam

Tanah Retak di Pantai Anom Tangerang (foto: Pramita Tristiawati)

Sementara itu, Kepala Desa Kramat, Nur Alam menerangkan, fenomena tanah retak ini adalah dampak dari fenomena alam. Semua terjadi dengan sendirinya tanpa ada campur tangan manusia.

Berawal dari enam bulan lalu, saat Sungai Cisadane meluap, dengan ganasnya menjebol bendungan yang tak jauh dari kawasan Pantai Anom. Lalu, aliran luapan sungai membawa lumpur dan naik ke pantai tersebut.

"Kawasan tersebut tadinya hanya pasir pantai biasa, lalu lumpur terbawa bercampur dengan pasir," terang Nur Alam. Sejak saat itu, musim kemarau pun tiba. Hujan berhenti sejenak mengguyur kawasan tersebut, hingga membuat pasir pantai bercampur lumpur itu mengeras. Lama kelamaan retak dan gersang.

"Jadilah seperti sekarang, pohon yang tumbuh di atasnya juga ikut kering," kata Nuralam.  Lantaran dibanjiri pengunjung, Nuralam berencana agar pemerintah setempat bisa mengelolanya.

Dia pun sudah berkordinasi dengan Perhutani, pemilik lahan yang tabaknya digarap tambak oleh warga setempat. Dengan begitu mereka nanti bisa membenahi akses masuk utama ke kawasan tersebut ""Insha Allah dalam waktu dekat akan diperbaiki akses jalannya," tandas Nuralam. 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya