Liputan6.com, Jakarta Penting bagi orangtua untuk selalu menjaga anak-anaknya dari benda-benda asing yang ada di sekitarnya. Baik itu ketika di luar rumah maupun di dalam rumah. Perhatian dan pengawasan orangtua adalah salah satu cara agar anak terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
Baca Juga
Advertisement
Meskipun buah hati sudah tak lagi balita atau membutuhkan pengawasan ekstra, namun sepertinya perhatian orangtua tetaplah perlu dilakukan. Semua itu agar tak terjadi kejadian sama seperti yang menimpa Marie McCreadie ketika ia berusia 13 tahun.
Di usianya yang masih 13 tahun, Marie harus kehilangan suaranya total karena kurang pengawasan orangtua. Hal ini baru diketahui setelah dilakukan pnegecekan bahwa suaranya hilang akibat koin yang tak sengaja ia telan sehingga menyangkut dan menutupi getaran pita suaranya.
Dianggap Mengidap Virus
Pada tahun 1972 ketika Marie McCreadie masih berusia 13 tahun, dokter mengatakan bahwa gadis ini mengidap virus aneh yang menyebabkan suaranya menghilang. Marie dan keluarganya kemudian pergi ke beberapa dokter. Para dokter mengatakan itu karena penyakit bronkitis yang buruk, tetapi bahkan setelah pulih dari penyakitnya, ia masih tidak dapat mengeluarkan suara.
Marie akhirnya menjalani kehidupan sehari-harinya seperti bersekolah dengan keadaan tak bisa berbicara alias bisu. Awalnya Marie takut dan bingung. Orangtuanya pun tak tahu bagaimana menangani hal-hal tersebut.
Untungnya, Marie dan teman-temannya mulai menemukan cara-cara baru untuk berkomunikasi. Seperti memberikan catatan tertulis satu sama lain sehingga membuat Marie terbiasa dengan kehidupan tanpa suaranya.
Marie kemudian bersekolah di St Anne’s Catholic school di Australia. Namun kehidupan sulitnya kembali ia alami karena dikucilkan bahkan dianggap sebagai penyihir.
Kehidupan sekolahnya yang berat itu ia alami ketika berusia 14 tahun. Ia kemudian memutuskan untuk kembali ke kota asalnya Sydney dan bekerja.
Advertisement
Penyebab Sebenarnya Suara Marie Hilang
Di Sydney, Marie mendapatkan pekerjaan dari seorang pria yang bekerja di Commonwealth Employment Service (CES) yang membantunya belajar mengetik dan urusan publik lainnya. Semua berjalan seperti biasa. Namun ketika tahun 1984 hal tak terduga ia dapati.
Ketika sedang bekerja suatu hari di tahun 1984, Marie yang saat itu berusia 25 tahun mulai batuk-batuk. Ia batuk dan mengeluarkan darah sehingga membuatnya panik dan langsung pergi ke rumah sakit. Ia merasa ada sesuatu di tenggorokannya dan ternyata perasaannya benar. Ketika dokter memeriksa tenggorokannya, mereka memperhatikan apa yang tampak seperti benjolan berlumuran darah dan lendir.
Setelah dilakukan pemeriksaan, para dokter dan Marie terkejut menemukan tiga koin di dalam tenggorokannya. Setelah berhasil mengeluarkan koin tersebut, Marie mulai mengerang dan merasakan suaranya keluar dari kerongkongannya. Dokter menasehati untuknya untuk tak berbicara dengan keras selama seminggu.
“Saya sudah mulai membuat suara-suara kecil, mengerang, menangis. Tidak butuh waktu lama bagi saya untuk mulai berbicara lagi karena saya telah menirukan kata-kata sepanjang hidup saya. Akibatnya, saya telah berbicara hanya dengan tidak ada suara yang keluar," dilansir dari Oddity Central oleh Liputan6.com, Rabu (10/7/2019).
Marie bahkan menuliskan kisahnya tersebut ke dalam sebuah buku yang berjudul 'Voiceless'. Bukunya tersebut berisi pengalaman dan traumanya ketika kehilangan suaranya secara mendadak di usia belia dan mendapati suaranya kembali 12 tahun kemudian.
"Masalah yang saya miliki adalah bernapas, saya harus belajar bernapas dengan benar untuk mendorong suara keluar," tambahnya.