Viral, Emak-Emak Halau Alat Berat Perusahaan Tambang di Konawe Kepulauan

Seorang emak-emak membuat heboh di Kabupaten Konawe Kepulauan karena berani mencegat dan mengusir alat berat perusahaan tambang.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 10 Jul 2019, 22:00 WIB
Seorang emak-emak di Pulau Wawonii mengusir alat berat yang dikawal polisi menerobos lahan kebun miliknya.(Liputar6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Konawe Kepulauan - Emak-emak di Desa Roko-roko Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan membuat heboh di dalam hutan. Dengan berani, dia seorang diri meneriaki aparat yang mengawal alat berat dalam sebuah kebun yang terlihat mirip lahan perusahaan tambang, Selasa, 9 Juli 2019.

Dalam video yang beredar di salah satu grup media sosial, perempuan tersebut berusia sekitar 40 tahun lebih. Berdiri di tengah 2 alat berat jenis ekskavator.

Setelah dicek, identitas emak-emak itu diketahui bernama Marwah. Warga Desa Roko-Roko yang lahannya diduga diserobot salah satu perusahaan tambang.

Dengan menggunakan bahasa lokal Wawonii, dia bersuara keras berteriak ke arah polisi yang berseragam dan menenteng senjata api jenis senapan serbu (SS1-V2).

"Keluar dari tanah ini, kalian sudah menyerobot. Saya tidak tahu hukum tapi keluar, karena ini tanah saya," ujar Marwah.

Sejumlah pekerja bersama polisi berusaha membuatnya tenang. Namun, seperti tak menghiraukan, Marwah yang terlihat kesal terus berteriak.

"Keluar, ini tanah kami. Jangan ada alat berat yang merusak di sini," teriaknya kepada sopir alat berat.

Aksinya direkam sekitar 3 menit oleh warga lainnya. Setelah ditenangkan warga, Marwah akhirnya mengalah.

Karena aksinya, perusahaan tambang yang diketahui memiliki IUP bermasalah di wilayah Desa Roko-Roko Pulau Wawonii akhirnya berhenti sementara. Pekerja tak tega melanjutkan pekerjaannya usai dimarahi emak-emak.


Warga Berkemah di Gunung

Belasan ibu rumah tangga di Wawonii, menginap di dalam kebun untuk menjaga alat berat yang menerobos.(Liputar6.com/Ahmad Akbar Fua)

Marwah bersama puluhan warga lainnya, keras menyatakan menolak hadirnya pertambangan di Wawonii Tenggara. Alasannya, lahan kebun akan hancur jika tambang nikel masuk.

Abaruddin, salah seorang penduduk di Desa Roko-Roko, mengaku kaget lahannya diterobos, Senin, 8 Juli 2019. Saat mereka menengok ke dalam kebun, lahannya sudah diratakan alat berat.

"Perusahaan beralasan, katanya lahan ini sudah dijual oleh seseorang kepada mereka. Padahal, ini lahan kami. Dijual oleh siapa?" ujar Abaruddin, saat dihubungi Liputan6.com.

Dia bersama puluhan warga lainnya, kekeh menolak kehadiran tambang nikel. Sebab, puluhan warga Wawonii Tenggara akan kehilangan mata pencaharian.

"Kalau tambang masuk, habis kebun warga. Kami mau makan apa," ujarnya.

Warga lainnya, Salim mengatakan sudah membangun tenda bersama belasan warga di wilayah yang sedang dikerjakan perusahaan. Mereka akan berjaga-jaga jika alat berat masuk hingga ke dalam kebunnya.

Tenda-tenda ini didirikan darurat di tengah kebun dan bebatuan. Membawa bekal dan peralatan seadanya, warga memilih menginap sejak Selasa (9/7/2019) hingga Rabu (10/7/2019).

"Kami tak takut senjata. Kehidupan anak-anak kami bergantung dari hasil kebun," ujarnya.

Diketahui, wilayah Roko-Roko kaya akan tanaman kelapa, cengkih, dan mete. Setiap tahunnya, petani di wilayah ini menjadi penyumbang terbesar produksi kopra di Sulawesi Tenggara.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya