Ahli: Polusi Udara Buat Paru-Paru Anda Menua Dua Tahun Lebih Cepat

Polusi udara ternyata dapat memperpendek usia paru-paru manusia

oleh Sulung Lahitani diperbarui 11 Jul 2019, 09:00 WIB
Kendaraan terjebak kepadatan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (12/3). Berdasar hasil studi Greenpeace dan IQAirVisual, pada 2018 lalu Jakarta merupakan kota dengan polusi udara terburuk di Asia Tenggara. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi menemukan paparan polutan dalam asap knalpot dan emisi pabrik memicu peningkatan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). PPOK adalah kondisi yan tak dapat disembuhkan yang terjadi ketika parau-paru meradang, rusak, dan menyempit.

Seiring waktu, pasien dapat mengalami sesak napas, sering menderita infeksi dada, dan bahkan batuk parah. Studi ini juga menemukan orang-orang yang berpenghasilan rendah lebih berisiko daripada rekan-rekan mereka yang lebih kaya bahkan ketika paparan polusi udara yang mendapatkan adalah sama.

Penelitian ini dilakukan oleh Universitas Leicester dan dipimpin oleh Profesor Anna Hansell dari Pusat Kesehatan dan Keberlanjutan Lingkungan Inggris.

"Dalam salah satu analisis terbesar hingga saat ini kami menemukan paparan polusi udara luar berhubungan langsung dengan fungsi paru-paru yang lebih rendah dan peningkatan prevalensi PPOK," kata Hansell seperti melansir dari Daily Mail.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Berefek lebih besar pada warga berpenghasilan rendah

Gedung bertingkat yang terlihat samar karena kabut polusi di Jakarta, Selasa (9/7/2019). Berdasarkan data DLH DKI Jakarta penyebab polusi di Jakarta semakin buruk akibat emisi kendaraan bermotor yang mencapai 75 persen, ditambah pencemaran dari industri dan limbah. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dalam penelitian itu ditemukan bahwa orang yang terpapar tingkat polutan tinggi, memiliki fungsi paru yang lebih rendah setara dengan setidaknya satu tahun penuaan. Yang mengkhawatirkan, efeknya lebih besar pada orang-orang dengan penghasilan rendah.

"Kami menilai lebih dari 300.000 orang menggunakan data dari studi Biobank di Inggris untuk memeriksa apakah paparan polusi udara dikaitkan dengan perubahan fungsi paru-paru dan memengaruhi risiko partisipan terkena PPOK."

 


Menganalisis berbagai polutan

Kabut tipis menyelimuti udara di salah satu sudut kota Jakarta, Selasa (10/7). Tingkat polusi di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat sehingga menyebabkan pemandangan menjadi berkabut dan mengancam kesehatan pernapasan. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Para peneliti menganalisis berbagai polutan termasuk NO2 dan partikel kecil yang disebut PM10s dan PM2.5s yang dilepaskan dari knalpot kendaraan dan emisi pabrik. Ini memasuki paru-paru dan aliran darah melalui hidung.

Para peneliti juga menggunakan model yang divalidasi untuk memperkirakan jumlah polusi udara yang terpapar oleh para peserta di rumah mereka ketika mereka mendaftar untuk studi antara 2006 dan 2010. Para peserta yang berusia 40-69 tahun juga menjawab kueisoner kesehatan dan mengukur paru-paru mereka melalui spirometri.


Kemiskinan pengaruhi kesehatan paru-paru

Di tangan seniman ini, polusi udara berupa asap hitam kendaraan disulap jadi bahan pembuat seni keren. (Via: Dmanewsdesk.com)

Perangkat ini bisa mengukur seberapa banyak udara yang bisa dihembuskan dalam satu napas yang dipaksakan. Diklaim lingkungan tempat tinggal yang buruk, pola makan yang buruk, akses ke layanan kesehatan yang buruk atau efek jangka panjang dari kemiskinan turut memengaruhi kesehatan paru-paru.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya