JK Ungkap Alasan Jokowi Tegur Menteri Jonan dan Rini Soemarno

Saat ini Indonesia lebih banyak impor dibandingkan dengan ekspor.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jul 2019, 21:12 WIB
Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Wapres Jusuf Kalla saat memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/4/2019). Rencana pemindahan ibu kota dilakukan demi mengurangi tingkat kepadatangan yang sudah membludak di Jakarta. (Liputan6.com/HO/Radi)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menjelaskan alasan Presiden Joko Widodo menegur menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno dalam sidang kabinet paripurna pada Senin kemarin. Menurut JK, dua menteri tersebut harus meningkatkan ekspor dibanding impor minyak dan gas.

"Ya harus positif, bukan defisit, harus surplus. Surplus itu artinya ekspor harus lebih tinggi daripada impor itu," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Rabu (10/7/2019).

Saat ini Indonesia lebih banyak impor dibandingkan dengan ekspor. Sebab konsumsi semakin meningkat, penduduk bertambah, jumlah mobil makin naik, kemudian subsidi semakin banyak. Sebab itu, menurut JK, jika impor minyak lebih banyak maka konsumsi juga bertambah.

"Jadi konsumsinya harus dikurangin. Salah satunya tentu mengurangi subsidi itu. Supaya orang jangan ada yang seenak keliling-keliling kota tanpa urusan, gitu kan contohnya seperti itu," ungkap JK.

Sebab itu, Jokowi kata JK meminta agar para menteri berusaha agar tidak impor terlalu banyak. Sebab itu, seharusnya produksi migas harus ditaikan. Hal ini cenderung kursi migas kata JK turun.

"Ini tugas pertamina untuk meningkatkan produksi minyak itu, itu dibawah BUMN dan ESDM," ungkap JK.

Masalah menteri ESDM dan BUMN menurut JK yaitu meningkatkan produksi minyak. Agar mengurangi impor dan juga bagaimana produksi kaya LPG. Sebab itu, kata dia pertamina perlu membangun kilang minyak.

"Karena itu perlu Pertamina cepat menyelesaikan itu dan (menteri) ESDM," lanjut JK.

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Impor Migas Tinggi, Jokowi Tegur Menteri Jonan dan Rini Soemarno

Presiden Joko Widodo atau Jokowi (kiri) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memimpin rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/4/2019). Ratas membahas tindak lanjut rencana pemindahan ibu kota. (Liputan6.com/HO/Radi)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi didampingi Wapres Jusuf Kalla, memimpin sidang kabinet paripurna. Jokowi menyebut bahwa ekspor Indonesia dari Januari hingga Mei 2019 mengalami penurunan sebesar 8,6 persen dengan nilai 68,46 miliar dolar AS.

"Impor Januari-Mei 2019, juga turun 9,2 persen. Hati-hati terhadap ini, artinya neraca perdagangan kita Januari-Mei ada defisit USD 2,14 miliar," ucap Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat, Senin (8/7/2019).

Jokowi lantas menegur Menteri ESDM Ignasius Jonan dan Menteri BUMN Rini Soemarno terkait besarnya impor minyak dan gas (migas) yang mencapai USD 2,09 miliar pada Mei 2019. Dia meminta agar dua menteri tersebut lebih memperhatikan nilai impor yang sangat tinggi akibat pembelian migas. 

"Hati-hati di migas Pak Menteri ESDM yang berkaitan dengan ini. Bu Menteri BUMN yang berkaitan dengan ini, karena ratenya yang paling banyak ada di situ," ujar dia.

Kendati begitu, Jokowi menilai masih ada peluang untuk meningkatkan ekspor ditengah-tengah perang dagang Amerika-China. Menurut dia, perang dagang tersebut bisa menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menaikkan kapasitas dari pabrik dan industri yang ada.

"Saya sampaikan maupun pasar-pasar yang baru, sekali lagi ini peluang, tekstil itu peluang. Gede-gede sekali furniture itu peluang," kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

"Inilah yang selalu kita kalah memanfaatkan peluang, ada oppurtunity tidak bisa kita ambil karena insentif-insentif itu tidak kita berikan," sambung Jokowi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya