Google AI Mampu Atasi Masalah Sampah hingga Prediksi Banjir

Bertempat di Tokyo, Jepang, Google mengungkap sejumlah informasi terbaru tentang bagaimana teknologi kecerdasan mereka mampu mengatasi beragam masalah lingkungan.

oleh Yuslianson diperbarui 11 Jul 2019, 12:00 WIB
Jeff Dean, Senior Google Fellow dan Head of Google AI, saat membuka acara Google Solve with AI di Tokyo. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Liputan6.com, Tokyo - Bagi kebanyakan masyarakat di berbagai negara, AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan adalah sebuah teknologi baru.

Namun bagi sebagian, teknologi ini sudah diadopsi oleh berbagai perusahaan teknologi di dunia. Salah satunya adalah Google.

Bertempat di kantor Google Jepang, Jeff Dean, Senior Google Fellow dan Head of Google AI, mengungkap sejumlah informasi terkini tentang pengembangan AI yang dilakukan perusahaan.

Tak hanya digunakan untuk sejumlah layanan Google, raksasa mesin pencari itu juga menggagas sebuah program yang dapat digunakan untuk memecahkan berbagai masalah besar di masyarakat.

"Kami (Google) percaya AI dapat membantu mengatasi sebagian besar masalah sosial, atau berbagai bidang yang mungkin kalian tidak duga sebelumnya, seperti kesehatan, lingkungan hidup, dan agrikultur," ucap Jeff saat membuka perhelatan Google Solve with AI di Tokyo, Jepang kepada Tekno Liputan6.com, Rabu (10/7/2019).

Dibantu dengan semakin canggih teknologi machine learning dan pesatnya perkembangan AI, kita sudah melihat bagaimana para ahli memecahkan masalah di dunia nyata.

 


Kelola Sampah dengan AI

Febriadi Pratama, Co-founder Gringgo Indonesia Foundation saat di acara Google Solve with AI. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Salah satu masalah lingkungan yang menjadi sorotan dalam gelaran Google Solved with AI ini adalah bagaimana startup asal Indonesia, Gringgo, mengatasi masalah sampah.

"Sampah adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh kebanyakan warga Indonesia. Mengandalkan AI, kami ingin membantu pemulung mengenali berbagai jenis limbah sampah lebih cepat berbekal smartphone," ucap Febriadi Pratama, Co-founder Gringgo Indonesia Foundation.

Febriadi mengungkap, permasalahan sampah di Indonesia mencakup bagaimana masyarakat umum masih kurang menghargai tukang sampah, dan mereka memiliki penghasilan di bawah rata-rata.

"Selain itu, banyak kota di indonesia saat ini tidak memiliki layanan pembuangan sampah yang mencukupi. Hal ini tentunya bakal berdampak ke banyak sektor, seperti pariwisata hingga banyak hewan di sekitar tumpukan sampah bakal keracunan."

Ia menjelaskan, "Bekerja sama dengan Datanest (startup di bidang layanan data dan data science), kami ingin membantu pemulung lebih efektif memungut sampah di berbagai lokasi desa di Bali dengan cara mendata waktu dan rute mereka saat memungut sampah lewat aplikasi yang kami kembangkan."

"Tak hanya itu, kami juga ingin masyarakat juga ikutan memakai aplikasi ini untuk membuat lingkungan sekitar lebih bersih."

 


Prediksi Bencana Banjir

Jeff Dean, Senior Google Fellow dan Head of Google AI, saat membuka acara Google Solve with AI di Tokyo. (Liputan6.com/ Yuslianson)

Lebih lanjut, Google juga meng-update informasi sistem informasi bencana berbasis AI.

Saat ini, Google mengembangkan teknologi AI yang dapat memprediksi bencana banjir di India.

"Berbekal gambar beresolusi tinggi yang diambil dari satelit, dan data yang didapat dari alat pengukur ketinggian air di sungai, algoritma AI dapat memprediksi kapan banjir akan melanda," ungkap Sella Nevo, Google AI software engineering manager, Sella Nevo.

Ia menambahkan, "Berbekal informasi yang dikumpulkan dan diolah, kami dapat memperingati penduduk dan melindugi mereka."

"Tak hanya itu, kami juga bekerja sama dengan pihak pemerintah terkait untuk memastikan mereka mendapatkan informasi bencana dan bertindak lebih cepat."

Berdasarkan data Google, ada sekitar 250 juta orang di seluruh dunia terkena dampak banjir, juga menelan biaya miliaran dolar untuk kerusakan.

"Program pilot prediksi bencana banjir yang berjalan di Patna, India saat ini mencapai akurasi peringatan (alerts) 95 persen dan tepat sebanyak 90 persen."

Untuk menyebarkan informasi bencana banjir, Google mengandalkan platform mereka, seperti Google Search, Maps, dan perangkat berbasis Android.

(Ysl/Isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya