Pemerintah Lelang 157 Proyek Pembangkit Energi Baru Terbarukan

Sebanyak ‎157 proyek pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) akan dilelang PT PLN (Persero) pada periode 2019-2020.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 11 Jul 2019, 18:08 WIB
Tiang pemancang terpasang di pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, sebanyak ‎157 proyek pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) akan dilelang PT PLN (Persero) pada periode 2019 sampai 2020.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Harris mengatakan, sebelum proyek pembangkit listrik dengat total kapasitas 4.718 Mega Watt (MW) terebut ‎dilelang, harus menempuh proses‎ Kajian Kelayakan Proyek (KKP) dilanjutkan persetujuan dewan direksi PLN.

“Sebanyak 157 proyek ini ada PLTA, PLTS, dan PLTP. ‎Total kapasitasnya 4.718 Mega Watt," kata Haris, di Jakarta, Kamis (11/7/2019).

Menurut Harris, ‎lelang pembangkit dilakukan menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan listrik. Pasalnya, jika terjadi kelebihan pasokan akan merusak sistem kelistrikan yang berujung pada gangguan pasokan.

“Kalau over supply kan jadi masalah, kalau kekurangan juga masalah karena berarti target rasio elektrifikasi terancam,”‎ tuturnya.

Lelang pembangkit EBT yang sudah pasti dilakukan tahun ini untuk jenis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). Kementerian ESDM berencana melelang empat Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) dengan potensi listrik yang dihasilkan sebesar 395 MW.

Adapun WKP empat tersebut adalah Telaga Ranu dengan cadangan 85 MW di Maluku Utara, Sembalun 100 MW di Nusa Tenggara Barat, Gunung Wilis 50 MW di Jawa Timur, serta Gunung Galunggung 160 MW di Jawa Barat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Beroperasi 31 Tahun, Begini Kondisi PLTA Cirata

PLTA Cirata memanfaatkan aliran sungai Cirata yang dibendung (Liputan6.com/Pebrianto Eko Wicaksono)

PT PLN (Persero) telah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Cirata selama 31 tahun, infrastruktur kelistrikan tersebut memanfaatkan aliran sungai Cirata yang dibendung.

Manager Keuangan UP Cirata, Priyono ‎mengatakan, PLTA Cirata memiliki total kapasitas 1.008 MW dibangun pada 1983 dan beroperasi komersial pada 1988 sebanyak empat unit, dua unit beroperasi pada 1997 dan dua unit beroperasi pada 1998.

"8 unit pembangkit kapasitas 1008 MW. masing-masing satu unit 126 MW,"‎ kata Priyono, di PLTA Cirata, Minggu (7/7/2019).

‎Meski sudah tidak masuk dalam pembangkit baru lagi, ‎PLTA yang digerakan oleh air Bendungan Cirata ini masih memiliki peran besar dalam sistem kelistrikan Jawa Bali.

Priyono mengungkapkan, PLTA Cirata memiliki fasilitas khusus Automatic Generation Controldan Black Start untuk line charging. Fasilitas ini membuat pasokan listrik dari PLTA Cirata bisa cepat masuk ke sistem interkoneksi Jawa-Bali.

"Cirata bisa suplai listrik cepat sekitar 5-6 menit karena punya line charging ke sistem Jawa Bali," ‎tutur Priyono

Priyono melanjutkan, PLTA Cirata memiliki peran pemikul beban puncak sistem Jawa Bali, sehingga saat konsumsi listrik meningkat maka PLTA yang terletak di Kabupaten Purwakarta inilah menjadi salah satu andalannya untu memenuhi kebutuhan listrik.

"PLTA Memiliki peran strategis, di sistem Jawa Bali sebagai pengendali frekuensip ada sistem 500 kv dan‎ penyangga beban puncak," tandasnya.  


PLN Ubah Sampah Menjadi Energi Primer Pada Pembangkit Listrik

PT PLN (Persero) melalui anak usahanya, PT Indonesia Power Unit Pembangkitan (UP) Bali, mengolah limbah sampah menjadi bahan bakar untuk pembangkit listrik. Langkah ini untuk membantu mengurangi sampah di Kabupaten Klungkung, Bali.

Pembangkit listrik tenaga diesel dan gas (PLTDG) Pesanggaran merupakan salah satu pemasok listrik Bali. PLN UID Bali menargetkan pertumbuhan kelistrikan mencapai 6 persen pada tahun 2019.

Pembangkit berkapasitas 334 megawatt ini dikelola PT Indonesia Power, yang merupakan anak usaha PLN. Pada tahun 2018 lalu PLTDG Pesanggaran berhasil memperoleh PROPER Emas dari Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.

Indonesia Power memperoleh PROPER Emas karena mengedepankan aspek continuous improvement dan inovasi dalam segala hal sehingga melebihi dari yang dipersyaratkan oleh pemerintah.

Program unggulan CSR PLTDG Pesanggaran menjadi salah satu upaya terbaik dalam peraihan penghargaan tersebut. Program unggulan CSR Indonesia Power adalah program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) yang memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah sampah menjadi “pellet” yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar kompor untuk memasak. Bahkan saat ini pelet sudah mulai dimanfaatkan untuk campuran batubara low rank sebagai energi primer pembangkit listrik.

Selain dimanfaatkan untuk pembangkit di Bali, sejumlah pelet saat ini juga telah dikirim ke PLTU Jerangjang Lombok, sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah sebagai campuran batubara pada PLTU Jeranjang sehingga bisa menurunkan BPP disamping mampu pengatasi permasalahan sampah berapapun volumenya di Kabupaten Klungkung.

PLN menargetkan penggunaan pelet untuk campuran batu bara di PLTU Jeranjang bisa mencapai 5 persen dari kebutuhan total batubara PLTU. Penggunaan pelet diakui lebih murah dibandingkan batu bara. Sebagai gambaran, harga batu bara per kg mencapai Rp 700. Sedangkan untuk harga pelet hanya Rp 300 per kg.

"Saat ini masih dalam tahapan uji coba. Sasarannya tidak hanya sekadar hemat, tujuannya adalah PLN bisa mengatasi permasalahan sampah yang saat ini menjadi masalah utama di masing-masing daerah, dan membuka lapangan kerja," ungkap Plt. Executive Vice President Corporate Communication & CSR PLN Dwi Suryo Abdullah.


Kapasitas Listrik Nasional Bertambah Jadi 58.390 Mw di Kuartal I

Pekerja tengah memasang Trafo IBT 500,000 Kilo Volt di Gardu induk PLN Balaraja, Banten, Kamis (16/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

PT PLN (Persero) mencatat kapasitas listrik nasional bertambah menjadi 58.390 Mega Watt (MW) sampai kuartal pertama 2019. Hal ini disebabkan pengoperasian pembangkit listrik baru.

Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama PLN Djoko Ab‎umanan mengatakan, kapasitas listrik Indonesia sampai akhir 2018 mencapai 57.822 MW, meningkat 0,568 MW pada kuartal pertama 2019.

"Sampai akhir 2018 bertambah 3.009 MW, dari 35 ribu MW," kata Djoko, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/6/2019). 

Dari kapasitas listrik terpasang sebesar 58.390 MW, mayoritas dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 29.021 MW atau 61,82 persen dari total kapasitas pembangkit yang beroperasi.

"Kapasitas terbesar dipasok dari PLTU 61,82 persen," tutur Djoko.

Djoko melanjutkan, ‎PLN terus menurunkan pengoperasian Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), untuk mengurangi konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Sampai kuartal pertama 2019 porsi PLTD dalam bauran energi mencapai 4,42 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan 2018 sebesar 5,98 persen. "Bauran energi BBM menurun, kinerja operasi semakin efisien," ujarnya.

Untuk pemerataan kelistrikan (rasio elektrifikasi) sampai kuartal pertama 2019 sudah mencapai 98,5 persen. Angka ini naik dibandingkan 2018 kemarin 98,3 persen dan pada 2017 sebesar 95,3 persen.

"Sampai akhir tahun kita kejar supaya bisa capai 80-90 persen," tandasnya.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya