Liputan6.com, Klaten - Pihak Yayasan Hidayah Klaten berharap ada gedung pengganti jika kompleks sekolah yayasan tersebut benar-benar tergusur proyek tol Solo-Jogja.
Kompleks sekolah itu bersebelahan dengan areal persawahan di wilayah Dukuh Ngawen, berdiri di lahan seluas 6.000 meter persegi, dan memiliki hampir 50 ruang kelas terdiri atas jenjang SD IT, SMPIT, SMAIT, serta pondok putri dengan jumlah total murid mencapai 1.020 orang.
Advertisement
Kepala SMAIT Hidayah Klaten, Wasis Pambudi mengatakan, sekolahnya berdiri sekitar 2008, denganp pembangunan dilakukan secara bertahap, bahkan gedung berlantai dua di sisi utara sekolah setempat belum lama ini rampung dibangun.
Dua pekan lalu ada petugas yang mengaku dari pelaksana proyek tol datang melakukan survei. Kemudian ada rombongan pejabat Pemkab Klaten serta tim proyek tol Solo-Jogja datang ke lokasi, Selasa (9/7/2019).
Pengelola yayasan mendapat informasi sebagian lahan sekolah itu masuk kawasan rencana jalan tol Solo-Jogja. "Katanya sebagian bangunan terkena jalan tol," kata Wasis dikutip Solopos, Jumat (12/7/2019)
Wasis mengatakan pengelola sekolah hanya bisa pasrah. Namun, mereka meminta ada tempat baru untuk menampung seluruh siswa jika proyek tol benar-benar menggusur sekolah mereka.
"Harapan kami ada pemindahan ke tempat yang lebih baik dan sudah siap untuk menampung seluruh siswa sebelum dibongkar," kata dia.
Sementara itu, warga Dukuh Sidorejo, Desa Beku, Kecamatan Karanganom, Klaten, meminta proyek jalan tol Solo-Jogja tak melintasi kampung mereka. Selain menerjang permukiman, di kampung tersebut terdapat makam kuno yang diyakini cikal bakal Sidorejo.
"Ada makam kuno yakni makam Kiai Sadji. Sebelum ada orang di sini, sudah ada Kiai Sadji yang tinggal di kampung kami," kata Harto (65), warga setempat.
Kadus I Desa Beku, Karyono, juga beranggapan serupa. Di kawasan tersebut selain makam Kiai Sadji, juga terdapat tiga makam kuno lainnya.
"Kiai Sadji itu pejuang pada masa zaman kolonial Belanda. Dia merupakan pejuang dari Keraton Yogyakarta. Begitu pula Suromenggolo, Dirjo Suwondo, dan Siti Sundari yang dimakamkan di Sidorejo," kata Karyono.
Soal rencana proyek jalan tol yang melintasi Desa Beku, Karyono mengatakan itu bukan cerita baru. Pada 1995 atau era Presiden Soeharto, rencana proyek jalan tol Joglosemar pernah muncul.
Beku termasuk desa terdampak rencana proyek tol tersebut. Bahkan lahan di wilayah itu sudah dipasangi patok. Namun, hingga Presiden Soeharto lengser, proyek itu tak terealiasasi.
"Sekarang muncul rencana lagi. Kalau dulu [rencana proyek tol era Soeharto] lokasinya perbatasan Desa Karang dan Beku. Sementara sekarang antara Desa Troso dan Desa Beku. Kalau saya harapannya jangan sampai menerjang permukiman dan makam," kata Karyono.
Baca juga berita Solopos.com lainnya di sini.