Nyeri Berulang Tak Cukup Diobati dengan Minyak Gosok, Perlu Operasi

Pengobatan nyeri pun ada yang harus operasi. Kenali dulu pada tahap mana nyeri harus dioperasi

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 13 Jul 2019, 12:00 WIB
Ilustrasi mati rasa - nyeri (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Nyeri secara garis besar memiliki dua tipe, yaitu akut dan kronik. Pada kondisi tertentu, mengobati nyeri tidak cukup dengan obat gosok yang lazim dilakukan banyak orang Indonesia tetapi harus melalui jalan operasi.

Dokter spesialis anestesiologi dan reanimasi RS EMC Sentul Ketut Ngurah Gunapriya, menjelaskan bahwa nyeri akut sebenarnya baik karena itu adalah alarm bagi tubuh kita.

"Yang ingin memberitahu bahwa ada bagian dari tubuh kita yang mengalami kerusakan atau potensial rusak atau dia seperti rusak yang diekspresikan sebagai ekspresi sensorik dan emosional dengan sesuatu yang tidak nyaman," kata dokter yang akrab disapa dokter Ngurah kepada Health Liputan6.com di sela-sela Round Table Discussion EMC Hospital Group di Lantai 8 SCTV Tower, Senayan City, Jakarta Pusat pada Kamis, 11 Juli 2019 sore.

 

 


Pengobatan Nyeri

Nyeri Sendi / Sumber: iStockphoto

 Untuk pengobatan nyeri, kata Ngurah, perawatan paling pertama yang diberikan ke pasien adalah tanpa obat. "Kalau sudah sembuh, sudah cukuplah," katanya.

Kecuali, bila tak jua sembuh barulah diberikan obat. Setelah minum obat ternyata nyeri masih juga kita rasakan, dokter akan kembali memberikan obat tapi yang kali ini memiliki unsur morfin di dalamnya.

"Unsur morfin itu untuk mengurangi nyeri," kata Ngurah.

"Kalau tidak mampu lagi baru dilakukan operasi," Ngurah menekankan.

Lebih lanjut, di antara pengobatan itu sampai akhirnya dilakukan tindakan operasi, ada semacam terapi yang merupakan bagian dari pain management seperti yang ada di Pain Management Center RS EMC Sentul.

"Sekarang berkembang sangat pesat di Indonesia karena terapi ini bisa langsung dari problem-nya," katanya.

"Jadi, misalnya kita kita ada problem tulang belakang, kita lakukan minimal inpasiv untuk mengurangi nyeri dan bisa mencegah tindakan operasi," katanya.

 

 


Faktor Risiko Munculnya Nyeri

Olahraga tanpa pemanasan bisa menyebabkan munculnya nyeri (ilustrasi/iStockphoto)

 Faktor risiko munculnya nyeri, ujar Ngurah, bisa dari sendi, tulang, dan otot karena injury yang berulang. 

"Repetitif injury artinya ada kerusakan dari struktur itu yang terus menerus berulang, yang disebabkan oleh karena olahraga yang tidak tepat tanpa pemanasan, posisi tubuh yang kurang baik, itu akan membuat struktur tubuh kita seperti tulang dan otot akan mengalami ketidakmampuan untuk menyanggah posisi-posisi tersebut," kata Ngurah. 

Menurut Ngurah, nyeri pada sendi dan tulang bukan berarti karena kekurangan vitamin. Ngurah mengatakan bahwa kekurangan vitamin, seperti vitamin D dan kalsium, tidak langsung berefek pada nyeri. 

 

 


Nyeri Rentan Dialami Karyawan

Karyawan Rentan Alami Nyeri (Foto: iStockphoto)

Pekerja kantoran disebut Ngurah sebagai individu yang berisiko mengalami nyeri. 

"Tentu saja karena berkaitan dengan posisi tubuh, dengan beban, dan gerakan-gerakan yang berlebihan di luar kemampuan tubuh untuk mengadaptasinya," ujarnya.

Ada pun cara mencegahnya, Ngurah mengimbau agar melakukan pekerjaan dengan posisi yang baik. Misal, mengetik di depan komputer dengan posisi tubuh ergonomik. 

Dan kalau misalnya akan mengangkat barang, harus berhati-hati. Ketika berolahraga jangan lupa pemanasan. 

"Harus bisa mengantisipasi hal ini sebelum terjadinya cedera," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya