Liputan6.com, Damaskus - Bentrokan terjadi antara tentara pemerintah dan pasukan yang dipimpin militan di Suriah barat laut, kata seorang pengamat perang pada Kamis 11 Juli 2019. Lebih dari 100 orang tewas dalam kejadian tersebut.
Kekerasan berkecamuk di tepi benteng oposisi sejak Rabu, meski ada kesepakatan gencatan senjata. Di antara korban tewas adalah delapan warga sipil, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Baca Juga
Advertisement
Enam dari mereka, termasuk seorang anak, tewas dalam serangan udara oleh pasukan rezim di Kota Jisr al-Shughur, Suriah, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Jumat (12/7/2019).
PBB mengatakan telah menerima laporan, serangan itu menghantam fasilitas medis dan pekerja kesehatan.
Ratusan Ribu Orang Tewas dalam Perang Saudara
Perang saudara di Suriah telah menewaskan lebih dari 370.000 orang, sejak meletus pada 2011.
Pesawat Rusia dan pemerintah Suriah telah melakukan pengeboman mematikan sejak akhir April. Pasukan rezim juga berperang melawan militan dan pemberontak yang didukung sekutu di tepi benteng yang dipegang oleh Hayat Tahrir al-Sham, mantan afiliasi Al-Qaeda.
Pertempuran dan pengeboman sejak Rabu malam telah menewaskan sedikitnya 57 pasukan pemerintah serta 44 militanan dan pemberontak sekutu, kata pemantau perang yang bermarkas di Inggris secara detail.
"Pertempuran sedang berlangsung saat pesawat rezim dan artileri menghantam daerah itu," kata kepala Observatorium Rami Abdel Rahman.
Sekretaris Jenderal PBB Ketua PBB Antonio Guterres "mengecam keras" serangan udara yang sedang berlangsung dan mendesak agar "warga sipil dan infrastruktur sipil, termasuk fasilitas medis, harus dilindungi".
Simak video pilihan berikut:
Menyerang Setelah Gelap
Juru bicara Hayat Tahrir al-Sham, Abu Khaled al-Shami, mengatakan militan dan gerilyawan menyerang setelah gelap. Mereka mengambil kendali atas Desa Hamameyat dan sebuah puncak bukit.
Dalam serangan udara Kamis, seorang warga sipil tewas dalam serangan Rusia di Kota Idlib, Latamneh, kata Observatory, sementara penyerangan oleh pemberontak menelan korban jiwa seorang wanita di wilayah yang dikuasai rezim.
Di tempat lain di Suriah, delapan warga sipil termasuk di antara 13 orang yang tewas dalam bom mobil di dekat pos pemeriksaan di luar Afrin, kata Observatory.
Pasukan Turki dan proksi Suriah menguasai Afrin dari pasukan Kurdi yang mereka anggap sebagai "teroris" pada Maret tahun lalu setelah serangan udara dan darat selama dua bulan.
"Di antara para korban, setidaknya enam orang berasal dari Ghouta Timur," bekas benteng pemberontak di dekat Damaskus yang direbut kembali oleh rezim tahun lalu, kata Abdel Rahman.
Tidak ada klaim pertanggungjawaban langsung atas ledakan itu, tetapi seorang komandan dengan faksi pro-Ankara menuduh para pejuang Kurdi.
Advertisement