Liputan6.com, Jakarta Pertumbuhan asuransi jiwa Asia pada tahun ini diprediksi akan mulai membaik. Setelah merosot pada 2018, akibat perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Country Manager dan Direktur Utama Allianz Life Indonesia, Joos Louwerier mengatakan, saat memulai 2018, kondisi asuransi cukup bagus. Namun sepanjang tahun, beberapa peristiwa berdampak pada pasar, seperti perang dagang antara AS dan China serta kenaikan harga minyak dan kenaikan suku bunga AS.
"Ini berdampak pada pasar asuransi jiwa pada tahun 2018. Namun, kami dapat mengatasi tantangan ini dengan pertumbuhan positif dengan memberikan solusi perlindungan yang inovatif dan layanan yang sangat baik," kata Louwerier, di Jakarta, Jumat (12/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Pada 2018 pertumbuhan asuransi di Asia, tidak termasuk Jepang, hanya naik tipis 2,3 persen menjadi 4,0 persen. Menjadikan kedua kalinya pertumbuhan asuransi di Asia tertinggal di belakang pertumbuhan global, sejak pergantian milenium.
Ekonom dari Allianz Research, Michaela Grimm menambahkan, untuk pasar premi di Indonesia tumbuh rendah pada 2018. Ini disebabkan oleh adanya penurunan pada pertumbuhan premi asuransi jiwa.
Sebaliknya, premi Property & Casualty (P&C) tumbuh baik, bahkan meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Meskipun demikian, segmen P&C menyumbang hanya seperempat dari total kumpulan premi di luar asuransi kesehatan.
"Tahun 2018 tidak menandai akhir dari kisah pertumbuhan Asia. Sebaliknya, pengawasan yang lebih ketat di China disambut baik, menandakan fase selanjutnya dari pembangunan yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Ditambah dengan kemajuan teknologi yang menakjubkan, China adalah pasar yang harus diperhatikan. Ini adalah tempat terbaik untuk belajar tentang masa depan industri kita," jelas Grimm.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prediksi Pertumbuhan Premi Asuransi
Oleh karena itu, Allianz Research memperkirakan tahun ini akan menjadi kebangkitan di Asia, di luar Jepang. Mendorong pertumbuhan premi hingga hampir 11 persen. Untuk tahun ini, Allianz Research mengharapkan pertumbuhan yang lebih tinggi, dengan pertumbuhan premi sekitar 9 persen secara keseluruhan.
"Pasar asuransi Indonesia masih memiliki banyak ruang untuk mengejar ketinggalan. Premi per kapita mencapai EUR50 pada tahun 2018, setara dengan India. Di sisi lain, penetrasi hanya 1,5 persen. Sebagai perbandingan, penetrasi di China sudah mencapai 3,7 persen," tambahnya.
Allianz Research berharap, pasar asuransi Asia akan terus pulih, dengan perkiraan pertumbuhan premi global akan mencapai 5 persen dalam dekade mendatang. Ekspektasi pertumbuhan untuk Asia, tidak termasuk Jepang, lebih tinggi. Kawasan ini dapat tumbuh 9,4 persen per tahun selama dekade mendatang.
"Di Indonesia, pertumbuhan pasar total diprediksi sebesar 12,5 persen. Secara rinci 13,0 persen untuk asuransi jiwa dan 10,7 persen untuk P&C. Secara keseluruhan, sekitar 60 persen dari premi tambahan akan dihasilkan di Asia, tidak termasuk Jepang," tandasnya.
Advertisement