Liputan6.com, Kraków - Minat baca masyarakat Indonesia rendah dan kendala dalam menerbitkan buku bagi penulis mendorong kelahiran perusahaan rintisan (startup) lokal Ketix.
Melalui aplikasi yang saat ini tersedia di Google Play Store, penulis dapat menerbitkan buku elektronik mereka yang kelak dapat dipublikasikan secara gratis atau dijual ke publik dengan skema 80 persen royalti bagi penulis dan 20 persen untuk Ketix sebagai penyedia platform.
"Ketix berusaha memotivasi para penulis agar produktif dengan sistem bagi hasil yang sangat menguntungkan buat mereka, dibanding kalau menerbitkan buku fisik," kata Tendi Murti, co-founder Ketix, dalam keterangannya.
Baca Juga
Advertisement
Dengan cara memudahkan proses menulis dan menerbitkan buku, lanjut Tendi, ia berharap Indonesia akan memiliki lebih banyak penulis dan lebih banyak orang yang belajar menulis.
"Akhirnya minat membaca masyarakat kita (diharapkan) makin tinggi,” ujar Tendi yang juga merupakan pendiri Kelas Menulis Online.
Fitur-fitur yang Ketix tawarkan antara lain mulai dari template kover buku hingga sistem penilaian pembaca. Bagi penikmat buku, Ketix menyediakan fitur berlangganan (subscribe) untuk mendapatkan pemberitahuan mengenai buku terbaru dari penulis favoritnya.
Tersedia pula modus membaca yang diklaim bisa membuat nyaman mata ketika membaca buku dari smartphone pada malam hari. Ketix juga berencana membuat film pendek atau Tix Series dari buku terlaris yang dipublikasikan lewat aplikasi mereka sebagai usaha untuk memotivasi para penulis.
Membangun Ekosistem Penulis
Ketix juga berupaya membangun ekosistem baru di mana para penulis, pembaca buku, mentor dan penerbit dapat berinteraksi melalui fitur chat room bernama TixRoom.
Bagi penulis pemula atau anak muda yang ingin belajar menulis buku, Ketix membuat kelas penulisan online yang digawangi oleh mentor para penulis berpengalaman.
Sejauh ini sudah ada kurang lebih 2.400 buku dari sekitar 1.200 penulis yang menerbitkan karyanya di Ketix. Beberapa di antaranya merupakan penulis terkenal semisal Dewa Eka Prayoga dan Fissilmi Hamidah.
Ketix, dalam satu tahun ke depan, berharap dapat memacu kelahiran penulis muda.
“Kami punya mimpi besar untuk melahirkan satu juta penulis muda, termasuk mereka yang berasal dari daerah terpencil. Penulis harus bisa menjadi profesi yang menghasilkan, bukan sekadar hobi,” tutur King Bagus, founder Ketix.
Saat ini Ketix masih dalam fase bootstrap. Oleh sebab itu, Ketix berharap mendapat bantuan finansial dari investor yang memiliki misi serupa, yakni tidak hanya mencari profit, tetapi juga mencerdaskan bangsa.
(Why/Isk)
Advertisement