Amien Rais Belum Mau Berkomentar soal Pertemuan Jokowi-Prabowo

Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais belum mau berkomentar soal pertemuan Jokowi-Prabowo. Ini alasannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Jul 2019, 21:09 WIB
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais usai menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (10/10). Amien enggan membeberkan isi dari pemeriksaan tersebut. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Amien Rais belum mau berkomentar soal pertemuan Jokowi-Prabowo. Dua capres dalam Pilpres 2019 itu bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, pukul 10.07 WIB, Sabtu (13/7/2019).

"Saya hanya akan memberikan pernyataan setelah saya membaca surat Pak Prabowo," kata Amien Rais soal pertemuan Jokowi-Prabowo seperti dilansir Antara, Sabtu.

Dia mendapatkan amplop tertutup berisi surat dari Prabowo. Namun, dia belum sempat membacanya karena surat itu ada di kediamannya di kompleks Taman Gandaria, Jakarta Selatan.

"Saya diberi tahu ajudan saya Pak Ismail, 'Pak itu Pak Prabowo mengirim surat amplop tertutup sepertinya agak tebal'. Mungkin dua lembar," kata Amien.

Selain itu, dia menilai Prabowo Subianto dan kubunya lebih terhormat bila berada di luar pemerintahan. Ini bertujuan agar ada pengawasan terhadap pemerintah selama 5 tahun ke depan.

"Tentu sangat indah kalau kubu Prabowo itu di luar, juga terhormat. Untuk mengawasi 5 tahun ke depan," kata Amien di sela menerima kunjungan pengurus DPW PAN Jawa Tengah di kediamannya, Jalan Pandean Sari, Condongcatur, Kecamatan Depok, Sleman, Sabtu (13/7/2019).

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Alasan Amien Rais

Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mendatangi Gedung KPK, Jakarta, Senin (29/10). Amien akan menemui Pimpinan KPK Agus Rahardjo. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Menurut dia, apabila kubu Prabowo bergabung dengan pemerintah, tidak akan ada lagi yang mengawasi. Baginya, demokrasi akan mati apabila seluruh suara di DPR sama dengan suara di eksekutif.

"Soalnya kalau pada bergabung, nanti tak ada lagi yang mengawasi. Nanti suara DPR sama dengan suara eksekutif. Itu pertanda lonceng kematian demokrasi. Di mana pun seperti itu," kata Amien.

Demokrasi, lanjut dia, akan mengalami musibah berat dan sulit bangkit jika parlemen sudah menjadi jubir eksekutif.

"Maka, demokrasi mengalami musibah yang paling berat dan tidak bisa bangkit kembali kalau kedua kekuatan eksekutif dan legislatif jadi satu. Yudikatifnya juga mengamini (maka) game it's over," ujar Amien Rais.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya