Menguak Misteri Surat Prabowo kepada Amien Rais

Presiden terpilih Jokowi dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kompak mengenakan pakaian putih dalam pertemuan, Sabtu 13 Juli 2019.

oleh Ika Defianti diperbarui 14 Jul 2019, 19:02 WIB
Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mendatangi Gedung KPK, Jakarta, Senin (29/10). Amien akan menemui Pimpinan KPK Agus Rahardjo. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Sabtu 13 Juli 2019 di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Pertemuan tersebut terlaksana pertama kalinya, usai penyelenggaraan Pilpres 2019.

Sebagai partai pendukung Prabowo-Sandiaga, Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais mengatakan tidak tahu menahu mengenai pertemuan Jokowi-Prabowo tersebut. Akan tetapi, dia mengaku telah menerima surat dari Prabowo dan belum sempat dibaca.

Sebab, saat pertemuan itu berlangsung Amien tengah berada di Yogyakarta. Sedangkan surat tersebut diterima oleh ajudan Amien di Taman Gandaria, Jakarta Selatan.

"Saya diberi tahu ajudan saya Pak Ismail, 'Pak, itu Pak Prabowo mengirim surat amplop tertutup sepertinya agak tebal'. Mungkin dua lembar," kata Amien, Sabtu 13 Juli 2019. 

Karena belum membaca surat yang diberikan Prabowo, dia enggan berkomentar mengenai pertemuan Jokowi-Prabowo. Amien direncanakan berada di Jakarta pada, Senin 15 Juli 2019. 

"Saya hanya akan memberikan pernyataan setelah saya membaca surat Pak Prabowo," ucapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pendukung Prabowo Oposisi

Kendati begitu, mantan Ketua MPR tersebut hanya menyebut partai kubu Prabowo terhormat bila menjadi oposisi dari pemerintahan. Hal tersebut sebagai bentuk pengawasan kepada pemerintahan Jokowi-Maruf selama lima tahun ke depan.

"Tentu sangat indah kalau kubu Prabowo itu di luar, juga terhormat. Untuk mengawasi 5 tahun ke depan," paparnya.

Dia menyebut demokrasi akan mati bila seluruh partai berkoalisi dengan pemerintah. Sebab, nantinya parlemen hanya akan menjadi jubir dari eksekutif saja.

"Maka, demokrasi mengalami musibah yang paling berat dan tidak bisa bangkit kembali kalau kedua kekuatan eksekutif dan legislatif jadi satu. Yudikatifnya juga mengamini (maka) game it's over," jelasnya.


Pertemuan Bersejarah

Sebelumnya, Stasiun MRT Lebak Bulus menjadi saksi bisu pertemuan bersejarah antara presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) dan lawan politiknya, Prabowo Subianto. Sabtu pagi ini, 13 Juli 2019 adalah momentum perjumpaan pertama keduanya usai Pilpres 2019 yang berlangsung tegang.

Senyum merekah di bibir Jokowi dan Prabowo, saat mereka bersalaman, berpelukan, dan saling berbincang akrab. Rekonsiliasi kedua tokoh itu diharapkan juga menamatkan perseteruan para pendukungnya. Tak ada lagi cebong atau kampret. Tidak ada lagi 01 atau 02.

Pertemuan keduanya tak hanya dinantikan oleh para elite politik. Tapi juga masyarakat Indonesia.

Sejumlah warga yang menjadi saksi pertemuan Jokowi dan Prabowo mewakili perasaan banyak orang Indonesia.

Saat Jokowi dan Prabowo turun dari Statiun MRT Senayan, lalu berjalan kaki ke FX Sudirman, keduanya dielu-elukan warga yang berkerumun. Ramai-ramai, mereka berteriak, 'we love you'.

"We love you Pak Jokowi dan Pak Prabowo. We love you, we love you," teriak orang-orang, histeris, di Stasiun MRT Senayan Jakarta, Sabtu (13/7/2019).

Tak sampai di situ, warga juga mengikuti Jokowi dan Prabowo berjalan hingga memasuki FX Sudirman. Sepanjang jalan, mereka tak henti-hentinya meneriakkan nama Jokowi dan Prabowo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya