Liputan6.com, Bangkalan - Pendidikan dan pekerjaan kerap tak sejalan, pun demikian jalan hidup Titik Rahma. Lulusan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Bung Tomo Surabaya tahun 2011 ini justru menemukan passion-nya di dunia kopi, menjadi seorang Barista.
Lulus kursus menyeduh kopi di Bandung pada 2015, sejak itu Titik menyandang predikat satu-satunya Barista di Pulau Madura hingga kini. Mulai dari kedai dan kafe di Kabupaten Bangkalan bisa dihitung jari hingga ramai seperti jamur musim hujan.
Baca Juga
Advertisement
Maka Titik, tak pernah menyesali keputusannya berhenti mengajar di almamaternya Universitas Trunojoyo Madura. Meski sempat ditentang keluarga, ibu satu anak ini membuktikan bisa sukses di jalur kopi dengan spesialisasi Kopi Nusantara.
Dia pun mafhum, saat keluarga, terutama ibu, keberatan dia cabut dari kampus. Sebab, kata Titik, perempuan yang jualan kopi memiliki citra buruk, identik dengan warung remang-remang.
"Barista bukan seperti itu," kata dia sambil memainkan kedua telunjuknya.
Edukopi: Edukasi Kopi
Bagi Titik tak ada beda antara dosen dan barista, ia tetap mengajar lewat apa yang disebutnya edukopi. B Coffee, sebuah kopi counter mini berkonsep outdoor di seberang Stadion Gelora Bangkalan adalah tempat Titik mengajar kopi.
Dengan senang hati, ia akan berbagi ilmu kepada pelanggan yang datang tentang kopi nusantara di kedai yang dia buka tak lama sepulang dari Bandung. Menurut dia, selalu ada cerita di balik secangkir kopi.
"Saya kurang suka, kalau ngopi hanya diam saja, tidak berkesan. Padahal, kopi yang sama, namun diolah dengan alat yang berbeda, akan menghasilkan rasa yang berbeda pula," kata Titik, kini 33 tahun.
Perlahan karir Titik menanjak, dari Barista menjadi cupper, istilah di dunia kopi untuk mereka yang ahli mencecap rasa kopi. Ia pun kerap didapuk jadi juri lomba menyeduh kopi keliling Indonesia. Ke luar kota menjadi rutinitasnya kini dan dia menikmati semua itu.
"Apa yang saya dapat sekarang, mungkin tak akan saya dapat jika tetap di profesi lama," ujar dia.
Advertisement
Terpesona Kopi Mandailing
Titik jatuh hati pada kopi nusantara bermula dari kongko di sebuah kafe di Surabaya sambil mengerjakan tugas kuliah dengan teman-temannya. Kopi Mandailing adalah kopi pertama yang dipesannya kala itu.
Esoknya ia ke kafe itu lagi dan memesan kopi yang sama. Ia terpesona karena ternyata tiap kopi punya cita rasa yang berbeda.
Sejak itu, rasa ingin tahu Titik tentang kopi nusantara tak terbendung. Ia ingin belajar membuat kopi yang enak dan hasrat itu membawanya melancong ke Kota Bandung.
Setelah kursus kelar, Titik berpikir membuat kedai sendiri. Sebab, dia tak mungkin setiap hari ke Surabaya hanya untuk ngopi. Maka, dia membuka B Coffee, agar punya tempat ngopi yang enak di Bangkalan, tempat tinggalnya sekarang.
"Sejak awal saya buka B Coffee bukan semata urusan bisnis, saya ingin ada edukasi tentang bagaimana ngopi yang sehat," tutur dia.
Es Kopi Susu Pendekar
Dan setelah hampir 4 tahun bergelut di dunia kopi, Titik mengatakan tak mudah mengajak orang beralih meninggalkan cara minum kopi lama yaitu kopi manis karena gula, dengan bubuk kopi dicampur beras atau jagung ke minum kopi murni yang tetap bercita rasa walau tanpa gula.
Namun, Titik tak menyerah. Dia mencari cara agar orang setidaknya mau mencoba ngopi sehat. Salah satunya dengan membuat varian es kopi susu Pendekar.
Varian ini menyasar kaum hawa. Dia tahu tidak semua kaum hawa terbiasa minum kopi seduh. Maka es kopi pendekar dibuat agar kaum hawa tetap bisa ngopi dengan cara yang lain. Sekaligus memupus pandangan bahwa ngopi adalah aktivitas pria.
"Es kopi ini berbahan kopi Arabica dan susu creamer," katanya.
Namun, lebih dari itu, es kopi susu pendekar adalah bukti Titik punya kapasitas sebagai seorang barista dan cupper sekaligus. Dan di tengah segala pencapaian itu, Titik masih punya hasrat lain yang akan meneguhkan posisinya di dunia kopi yaitu Q Grader atau ahli pencicip kopi terakreditasi.
Sertifikat Q Grader dikeluarkan oleh Coffee Quality Institut (CQI) sebuah lembaga independen peneliti kopi yang berlokasi di Long Beach, California. Pada 2017, jumlah Q Grader di seluruh dunia hanya 3.600 orang. Terbayangkan betapa sulitnya menjadi ahli menyicip kopi.
"Sekarang tak harus ke Amerika, di Indonesia sudah ada lembaga yang ngeluarin sertifikat Q Grader, tapi saya belum nyoba, belum ada biaya, mahal sekali," ungkap Titik.
Dan benarlah, bagi orang-orang macam Titik Rahma, selalu ada cerita di balik secangkir kopi.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement