Pelaku Usaha Makin Optimistis dengan Kondisi Ekonomi RI

Hasil survei menyatakan 79 persen pelaku usaha Indonesia berharap memperoleh pendapatan lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2019, 10:00 WIB
Pengunjung melihat-lihat produk yang dipajang dalam Pameran Industri Plastik dan Karet 2019 di Plaza Pameran Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Selasa (9/7/2019). Pameran ini berlangsung pada 9-12 Juli 2019 dengan diikuti 38 pelaku usaha. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Grant Thornton merilis International Business Report (IBR) terbaru untuk periode semester I 2019. Data survei di 35 negara ini mencatat beberapa hasil menarik terkait tren pelaku bisnis global, termasuk Indonesia.

Managing Partner Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, mengatakan pelaku usaha Indonesia tercatat memiliki harapan tertinggi di dunia untuk menaikkan harga. Sebanyak 69 persen pelaku usaha berharap akan melakukan kenaikan harga jual di tahun yang akan datang. Hasil ini naik cukup signifikan dibandingkan dengan periode survei sebelumnya di semester II 2018 yang berada di level 55 persen.

Selepas perhelatan Pilpres 2019, ucap dia, tampaknya pelaku usaha mulai menunjukkan sinyal positif dalam dunia usaha. Sebagai perbandingan level rata-rata ASEAN berada di 45 persen dan Global jauh lebih rendah, yaitu 32 persen.

“Pemeringkatan IBR pada tahun ini cukup konsisten dengan pandangan secara makro, di mana pelaku usaha di negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, Filipina dan Vietnam secara konsisten menunjukkan kecenderungan lebih tinggi untuk investasi secara fisik, R&D dan teknologi," ujar dia di Jakarta, Senin (15/7/2019).

Johanna menjelaskan, keyakinan akan kondisi ekonomi Indonesia ke depannya juga tampak dari hasil survei lainnya, di mana 79 persen pelaku usaha Indonesia berharap bisa memperoleh pendapatan lebih tinggi dalam 12 bulan ke depan. Level tersebut jauh melejit jika dibandingkan dengan periode sebelumnya yang berada di level 62 persen dan masih jauh di atas rata-rata ASEAN di 54 persen dan pelaku usaha global yang berada di level 35 persen.

"Secara umum, optimisme bisnis pelaku usaha Indonesia berada di urutan ke-3 dunia pada periode survei kali ini dengan level optimisme di 66 persen, membuntuti Filipina dan Vietnam yang berada di posisi pertama dan kedua," kata dia.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Optimisme Bisnis Global

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (25/5). Menkeu Sri Mulyani Indrawati menilai tren yang terjadi pada capaian ekspor-impor 2018 masih tergolong sehat. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, meskipun ASEAN menunjukkan optimisme bisnis yang baik, secara global pelaku usaha kembali mencatat penurunan terkait rata-rata optimisme bisnis dalam setahun ke depan. Optimisme global hanya berada di level 32 persen, turun dari periode survei sebelumnya yang berada di 39 persen. Bahkan, level optimisme ini merupakan yang terendah sejak 2016.

"Ketidakpastian ekonomi masih diidentifikasi pelaku usaha sebagai kendala dari beberapa survei terakhir yang dilakukan IBR. Meningkatnya ketidakpastian menggerakkan kekhawatiran mereka akan kurangnya permintaan di waktu yang akan datang," ungkap Johanna.

Dengan melemahnya permintaan, pelaku usaha tampaknya mulai fokus pada rencana investasi yang berkualitas dengan rencana investasi R&D jauh lebih sehat, dan rencana investasi teknologi yang kuat. Terbukti 45 persen pelaku usaha global bersiap menaikkan budget R&D mereka dalam 12 bulan ke depan. Hal tersebut juga sangat relevan dengan apa yang terjadi di pasar negara berkembang.

“Ekonomi pasar negara berkembang yang tumbuh cepat ditandai oleh akumulasi modal yang cepat dan Produktivitas Faktor Total (Total Productivity Factor/TFP) yang kuat, di mana R&D dan inovasi memiliki peranan yang sangat penting untuk pertumbuhan TFP,” pungkas Johanna.


Sri Mulyani Lega Usai Pertemuan Jokowi-Prabowo

Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi (kiri) memberi keterangan didampingi Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Jokowi berharap masyarakat dapat semakin bersatu usai dirinya dan Prabowo bertemu. (Liputan6.com/JohanTallo)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara terkait pertemuan antara Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) di Stasiun MRT Sabtu kemarin. Menurut dia, hal tersebut merupakan sinyal positif proses politik di Indonesia.

"Ya, kita senang bahwa proses politik, mulai demokrasi pemilu presiden legislatif maupun di daerah sudah selesai dengan baik dan hasilkan hasil yang dihormati oleh semua," kata dia saat ditemui dalam acara Dies Natalis PKN STAN, Tangerang, Minggu (14/7/2019).

Menurut dia, seorang pemimpin negara memang sudah seharusnya menunjukkan hal tersebut kepada masyarakat. "Pimpinan negara memiliki tanggung jawab untuk tunjukkan ke masyarakat, kita merasa lega dan senang ini terjadi apa yang disebut pertemuan di dalam simbol bahwa proses politik berjalan dengan baik dan hasil yang dihormati bersama," ujar Sri Mulyani. 

Dia melanjutkan, hal tersebut juga menandakan, meski ada persaingan dan kompetisi, persatuan tetap yang utama. Sehingga dapat menjadi contoh yang baik bagi seluruh warga negara.

"Dan yang berkompetisi sekarang juga lakukan langkah untuk menunjukan ke seluruh bangsa Indonesia bahwa kita bersatu meski pernah berkompetisi," jelas Sri Mulyani.

Dia juga berharap hal tersebut merupakan salah satu contoh sikap negarawan yang dapat dicontoh oleh generasi muda, khususnya para mahasiswa.

"Itu refleksi sangat baik, terutama untuk mahasiswa dan generasi muda adalah suatu wajah dan pelajaran kenegaraan yang bisa dilihat dann dipelajari," ucapnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya