Anyaman Manik Dayak, Anyaman Keindahan, Kesabaran, dan Tradisi

Menganyam manik-manik dalam tradisi Dayak harus dikuasai, sebab dalam anyaman itu ada proses menganyam keindahan, kesabaran, dan juga tradisi.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jul 2019, 21:00 WIB
Seorang wanita Dayak tekun menganyam manik-manik. Ini bukan sekadar menganyam keindahan, namun juga kesabaran. (foto: Liputan6.com/disperindagkop Sintang/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Sintang - Kebiasaan khas yang mentradisi dalam budaya Dayak adalah menganyam. Yang paling menonjol adalah menganyam manik-manik menjadi aksesoris. Bisa berupa gelang, kalung, bahkan menjadi tas juga.

Berbagai aksesoris dalam busana tradisional Dayak adalah kreasi anyaman manik. Kebiasaan yang mentradisi itulah yang mendasari digelarnya Pekan Gawai Dayak Sintang tahun 2019.

Salah satu mata acara adalah lomba menganyam manik. Ada 10 peserta lomba yang berasal dari Dewan Adat Dayak (DAD) kecamatan se-Kabupaten Sintang, namun juga mengakomodir peserta yang mendaftar perorangan atau umum. Lomba dilaksanakan Sabtu (13/07/2019).

Menurut Wakil Bupati Sintang, Askiman saat di Betang Tembawai Tampun Juah Sintang, lomba ini masih satu rangkaian dengan Pekan Gawai Dayak Sintang 2019.

"Menganyam manik itu kegiatan luar biasa dan sebuah usaha pelestarian seni budaya yang sudah turun-temurun mereka miliki," kata Askiman.

Ditambahkan, Pemda Sintang terus mendukung pelestarian kegiatan menganyam manik ini. Sebab bisa menjadi pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya di sentra-sentra pariwisata.

"Kita membina dan melihat ini sebagai salah satu usaha yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan," kata Askiman.

Kriteria untuk menentukan pemenang lomba menganyam manik ini meliputi kerapian, artistik, kreativitas, juga keselarasan bentuk dan motif manik-manik serta komposisi warna. Lidya Tondan, salah satu juri menyampaikan bahwa ia bersama dua yuri lainnya, Bibiana Anuh dan Lusia Hubung sepakat untuk melihat aspek nilai ekonomi pula.

"Kita ingin hasil kerajinan ini bisa mendatangkan pendapatan bagi masyarakat," kata Lidya.

Hasil anyaman manik dapat menjadi bahan untuk dijual lewat pameran-pameran, seperti inacraft. Budaya Dayak Kabupaten Sintang bisa mendunia lewat kerajinan manik-manik.

"Kalau berbicara kelemahan, justru ada di sentuhan akhir. Seringkali masih lemah soal packing," kata Lidya yang juga Kabid Perdagangan Disperindagkop Sintang.

Sementara itu, Agnes Yamen salah satu peserta lomba mengaku bahwa kesulitan utama saat menganyam manik adalah harus duduk dalam waktu lama. Rata-rata para penganyam motif tak kesulitan membaca motif.

"Kesulitan utama ya lelah karena harus duduk lama," kata Agnes.

Sejauh ini Agnes sudah sering membuat berbagai barang anyaman manik khas budaya Dayak ini. Ada gelang, kalung biasa dan kalung teratai. Sebagian besar hasil kerajinan tangannya dijual kepada pemesan-pemesan.

"Kadang kami jual sepasang gelang itu berkisar Rp50.000. kalau teratai bisa sampai Rp350.000," kata Agnes.

Simak video pilihan berikut:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya