Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, mendukung visi Presiden Joko Widodo untuk meninggalkan pola pikir lama. Hal itu disampaikan Jokowi dalam pidatonya di Sentul, Minggu, 14 Juli 2019.
"Dia tak ingin kita terperangkap ke cara-cara lama," ujar Rhenald kepada Liputan6.com, Senin (15/7/2019).
Ia pun melanjutkan bahwa sifat menurut (compliance) termasuk dari cara lama. Para pemeriksa yang tidak akrab dengan inovasi pun justru berpotensi menjadi penghambat karena mereka yakin tunduk pada aturan berarti selalu benar.
Baca Juga
Advertisement
"Cara-cara baru ini yang harus ditemukan, kalau kita pakai cara compliance, itu maunya di penegak hukum itu compliance. Compliance itu maunya akuntan, pemeriksa, maunya inspeketur, maunya komisi-komisi, itu compliance semua. Seakan-akan kalau comply itu selalu benar. Padahal inovasi itu bertentangan dengan compliance," tegasnya.
Rhenald berkata compliance boleh, tetapi harus ada ruang bagi orang untuk berani melakukan kesalahan ketika berinovasi. Inovasi juga butuh waktu relatif lama agar bisa terwujud dan membuahkan hasil sehingga jangan selalu diintervensi dengan compliance.
Salah satu contoh dari inovasi adalah ketika pendaratan bulan. NASA baru sukses mendaratkan bulan berkat Apollo XI, sementara Apollo sebelumnya selalu gagal.
"Coba lihat NASA mengembangkan Apollo ke bulan. Berapa kali Apollo itu gagal? Baru Apollo 11 bisa mendarat di bulan. Yang 1 sampai 10 meledak semua," ujarnya.
Rhenald pun meminta adanya kelonggaran di Indonesia agar memberi keberanian dalam mencoba hal baru sehingga tak cemas akan dihukum. Kelonggaran yang dimaksud juga harus berorientasi pada inovasi.
"Harus ada relaksasi terhadap aturan, harus dilihat objektifnya. Jadi kalau dia melakukan kesalahan jangan buru-buru menghukum, tetapi berikan ruang, dilihat dari berbagai perspektif apakah kesalahan itu ada ruang untuk penemuan hal baru. Apabila ada penemuan hal baru, maka itu harus diberikan kesempatan," jelas Rhenald.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Jokowi Siap Pangkas Birokrasi yang Tidak Efisien
Presiden terpilih Joko Widodo berjanji akan melakukan efisiensi birokrasi. Jokowi tidak ingin lagi ada proses birokrasi yang lamban dan berbelit-belit.
"Sangat penting bagi kita untuk mereformasi birokrasi kita. Reformasi struktural agar lembaga-lembaga menjadi semakin sederhana, semakin simpel, semakin lincah," ujar Jokowi dalam pidatonya di Sentul, Minggu, 14 Juli 2019.
Jokowi juga mengawasi mindset para birokrasi. Ia berharap birokrasi zaman sekarang bisa berpikiran inovatif dan adaptif. Pikiran dan pola lama yang tidak efisien pun diminta agar tak lagi lagi digunakan.
Kepada para birokrasi di lapangan, Jokowi meminta agar pelayanan kepada masyarakat dilakukan secara maksimal. Sebab, Jokowi akan mengawasi secara langsung dan memberi hukuman bagi birokrasi yang tak efisien.
"Tolong ini dicatat, karena kecepatan melayani, kecepatan memberikan izin, menjadi kunci bagi reformasi birokrasi kita. Akan saya cek sendiri, akan saya kontrol sendiri begitu saya lihat tidak efisien, atau tidak efektif. Saya pastikan akan saya pangkas dan saya copot pejabatnya," tegas Jokowi.
Bukan hanya pejabatnya yang Jokowi copot, lembaga yang tidak efisien pun akan turut dipangkas oleh Jokowi.
Pesan Jokowi tidak hanya diarahkan kepada birokrasi, ia pun berharap para menteri dapat berani menerapkan birokrasi yang efisien. Untuk itulah ia fokus pada menteri yang punya keberanian.
"Oleh sebab itu butuh menteri-menteri yang berani. Kalau ada lembaga-lembaga yang tak bermanfaat dan bermasalah, sekali lagi, kalau ada lembaga-lembaga yang tidak bermanfaat dan bermasalah, saya pastikan saya bubarkan," Jokowi berjanji.
Advertisement
Jokowi Siap Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur untuk Rakyat Kecil
Presiden terpilih Joko Widodo menyampaikan visinya bahwa pembangunan infrastruktur akan terus berlanjut. Pembangunan yang merupakan program andalan Jokowi ini akan dibuat terkoneksi agar rakyat kecil juga dapat menikmati.
"Infrastruktur-infrastruktur yang besar-besar telah kita bangun. Ke depan kita lakukan dengan lebih cepat dan menyambungkan infrastruktur-infrastruktur besar itu seperti jalan tol, kereta api, pelabuhan, dan bandara, dengan kawasan-kawasan produksi rakyat," ujar Jokowi dalam pidatonya di Sentul.
Beberapa kawasan yang Jokowi fokuskan adalah kawasan industri-industri kecil dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Daerah yang memiliki potensi pariwisata juga akan dirangkul dalam pembangunan.
"Kita sambungkan dengan industri-industri kecil, kita sambungkan dengan Kawasan Ekonomi Khusus, kita sambungkan dengan kawasan pariwisata. Arahnya harus ke sana. Fokusnya harus ke sana," ujar presiden.
Konektivitas dalam infrastruktur juga akan menyambung ke kawasan petani, pekebun, dan nelayan. Ini demi memastikan agar tidak ada yang tertinggal dalam pembangunan infrastruktur.
"Kita juga jangan lupa menyambungkan infrastuktur-infrastruktur itu dengan kawasan-kawasan persawahan, dengan kawasan-kawasan perkebunan, dengan tambak-tambak perikanan, sambungkan ke sana," tegas Jokowi.