Utang Luar Negeri Indonesia Rp 5.379 Triliun pada Akhir Mei 2019

Utang luar negeri Indonesia tumbuh 7,4 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 8,8 persen

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Jul 2019, 13:00 WIB
Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indoensia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Mei 2019 tumbuh melambat dengan struktur yang sehat. Utang luar negeri Indonesia pada akhir Mei 2019 tercatat sebesar USD 386,1 miliar atau Rp 5.379 triliun (Estimasi kurs 13.932 per dolar AS).

Utang tersebut terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar USD 189,3 miliar, serta utang swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 196,9 miliar.

Dikutip dari publikasi BI, Senin (15/7/2019), utang luar negeri Indonesia tumbuh 7,4 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 8,8 persen (yoy), terutama dipengaruhi oleh transaksi pembayaran neto utang luar negeri dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sehingga utang dalam rupiah tercatat lebih rendah dalam denominasi dolar AS.

Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri bersumber dari utang luar negeri swasta, di tengah pertumbuhan utang luar negeri pemerintah yang tetap rendah.

Pertumbuhan utang luar negeri pemerintah tetap rendah. Posisi utang luar negeri pemerintah pada Mei 2019 tercatat sebesar USD 186,3 miliaratau tumbuh 3,9 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,4 persen (yoy). Pendorongnya adalah penerbitan global bonds.

Kendati tumbuh meningkat, nilai nominal utang luar negeri pemerintah pada Mei 2019 menurun dibandingkan dengan posisi April 2019 yang mencapai USD 186,7 miliar. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pembayaran neto pinjaman senilai USD 0,5 miliar dan penurunan kepemilikan Surat Berharga Negara (SBN) oleh nonresiden senilai USD 1,5 miliar yang dipengaruhi oleh faktor ketidakpastian di pasar keuangan global yang meningkat seiring dengan eskalasi ketegangan perdagangan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Rincian Utang Luar Negeri

Pekerja menghitung mata uang Dolar AS di jasa penukaran uang asing di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengelolaan ULN pemerintah diprioritaskan untuk membiayai pembangunan, dengan porsi terbesar pada beberapa sektor produktif yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial  dengan porsi 18,8 persen dari total utang luar negeri pemerintah.

Sedangkan sektor konstruksi  sebesar 16,4 persen, sektor jasa pendidikan  tercatat 15,8 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib  mencapai 15,1 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi  di angka 14,3 persen.

Utang luar negeri swasta tumbuh melambat. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir Mei 2019 tumbuh 11,3 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 14,7 persen (yoy). 

Hal tersebut terjadi disebabkan oleh menurunnya posisi utang di sektor jasa keuangan dan asuransi.

Pada Mei 2019, utang luar negeri swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian dengan total pangsa 75,2 persen terhadap total utang luar negeri swasta.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya