Liputan6.com, Banjarnegara - Dieng Culture Festival 2019 tinggal menghitung hari. Puncak gelaran tahun ini adalah ruwat rambut gembel atau potong rambut bocah gembel Dieng.
Tahun ini, ada sembilan bocah gembel yang terdaftar. Namun, belum seluruhnya diverifikasi. Verifikasi akhir baru dilakukan sepekan terakhir menjelang pembukaan agenda wisata nasional ini.
Saat itu lah, panitia sudah bisa memastikan berapa jumlah bocah gembel yang mengikuti ruwat, beserta permintaan-permintaannya yang terkadang unik. Dieng Culture Festivral 2019 bakal dihelat di Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara, 2-4 Agustus 2019 mendatang.
Baca Juga
Advertisement
Namanya saja anak-anak, bisa saja mereka berubah pikiran dan tak lagi mau potong rambut gimbal. Ini yang kemudian diantisipasi, sehingga panitia Dieng Culture Festival tak buru-buru merilis nama-nama bocah gembel Dieng yang bakal diruwat.
Panitia enanggung jawab Budaya Dieng Culture Festival 2019, Bambang mengatakan, dibanding tahun-tahun sebelumnya, persebaran tempat tinggal anak gimbal calon peserta ruwat tahun ini adalah yang terluas.
Dari sembilan anak itu, ada satu bocah gembel Dieng yang tinggal di Tanjung Priok, Jakarta (bukan Bekasi, seperti diberitakan sebelumnya), Batang, Temanggung, Wonosobo, dan Banjarnegara.
Sepertinya, bakal muncul pertanyaan, mengapa anak gimbal Dieng yang dijuluki sebagai Raja dan Ratu Dieng itu tak dilahirkan di Dataran Tinggi Dieng?
Bocah Gembel Dieng, Lambang Kesejahteraan
Sebab, sudah menjadi keyakinan, bocah gembel Dieng adalah titipan tokoh legendaris yang juga moyang orang-orang Dieng, Kiai Kolodete. Ada pula tokoh berpengaruh lain dalam mitologi masyarakat Dieng, Nyai Roro Ronce.
Kedua tokoh masa lalu Dieng ini diyakini berambut gimbal. Mereka lah yang lantas menitipkan rambut gimbalnya kepada anak-anak Dieng terpilih.
Soal ini, Bambang bilang bahwa bocah gimbal memang tidak mesti dilahirkan di Dieng. Akan tetapi, bisa dipastikan ia memiliki garis keturunan dari Dieng.
"Tidak mesti orangtuanya yang gimbal. Bisa juga kakeknya, kakek buyutnya, atau leluhurnya. Jadi dari moyangnya," ucap dia, Senin petang, 15 Juli 2019.
Karenanya, tiap tahun selalu ada bocah gembel luar Dieng yang selalu ikut ruwat Dieng Culture Festival. Hanya saja, tahun ini jumlah calon peserta dari luar Dieng paling banyak.
"Tiap tahun selalu ada. Terutama dari Jakarta," ucap dia.
Bocah-bocah gembel adalah anak-anak pilihan. Mereka dititipkan kepada masyarakat oleh leluhur mereka. Sebab itu, kedudukan bocah gembel begitu istimewa.
Masyarakat percaya, jumlah bocah gembel berkorelasi dengan kesejahteraan penduduk. Mereka adalah lambang kesuburan. Saat banyak anak gimbal dilahirkan, maka masyarakat semakin sentosa.
Advertisement
Permintaan Bocah Gembel, Laptop hingga Uang Rp 4.000
Keistimewaan itu membuat sebagian anak gimbal lebih manja. Semua permintaannya dituruti.
Terlebih, menjelang upacara potong rambut gimbal atau ruwat rambut gembel. Dipercaya, permintaan yang keluar dari mulut bocah gembel bukan lah permintaan si anak.
Permintaan menjelang ruwat itu adalah permintaan dari leluhur yang tinggal di tubuh si bocah. Sebab itu, permintaan itu harus dituruti.
Bambang mengungkapkan, saat ini panitia memang sudah mendatangi sebagian anak gimbal yang bakal diruwat. Namun, ia belum bisa memastikan bentuk permintaan anak tersebut. Bisa saja, menjelang ruwat, permintaan berubah.
"Namanya juga anak-anak. Jadi kita belum bisa merilis," ucapnya.
Namun ia memberi bocoran, dari permintaan yang telah diungkapkan itu, sebagian besar adalah permintaan khas anak-anak.
Ada satu anak yang meminta laptop, kemudian ada pula yang meminta boneka. Yang unik adalah permintaan uang Rp4.000.
Dia menegaskan, ruwat rambut gimbal di Dieng diprioritaskan untuk anak-anak dari keluarga yang tak mampu. Panitia lah yang akan memenuhi permintaan si anak sebelum diruwat.
Namun, jika bocah gembel tersebut berasal dari keluarga mampu, maka panitia tidak akan menanggung seluruh permintaan si anak.
"Ya, kita saling membantu lah. Mungkin separuh-separuh," dia menjelaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini: