Liputan6.com, Pandeglang - Nining guru honorer di SDN Karyabuana 3 membuat heboh banyak orang lantaran pemberitaan dirinya tinggal di toilet sekolah. Bupati Pandeglang, Irna Narulita mengatakan, Nining dan suaminya, Eby, sempat dilarang saat akan membangun rumah di dekat toilet. Namun keduanya bersikeras tetap menempati tanah kosong di samping toilet, sembari membuka warung untuk tambahan pemasukan suami istri tersebut.
"Kan memang di sana sambil (buka warung) ngopi, sambil ngewarung (jual jajanan anak sekolah), sehingga mungkin lebih nyaman di situ," kata Irna Narulita, Bupati Pandeglang, Senin (15/7/2019).
Advertisement
Irna mengaku kaget dengan ramainya pemberitaan bertajuk Guru Honorer Tinggal di WC Sekolah. Istri dari politisi Dimyati Natakusumah ini mengaku telah memarahi pihak kecamatan kepala sekolah, karena dianggap tidak sigap melayani masyarakat di Kecamatan Cigeulis.
"Jangan lengah camat, seperti ini usulkan segera perhatiin. Kan beritanya sampai dikatakan, saya malu," terangnya.
Sang bupati mengaku selama masa kepemimpinannya telah membangun Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) sebanyak 4.700 unit. Sedangkan Nining dan Eby, tidak pernah masuk ke dalam daftar warga penerima bantuan Rutilahu tersebut.
Jika rumah Nining dan Eby ingin mendapatkan Rutilahu, maka ada prosedur yang harus ditempuh dan baru dibangun tahun 2020 mendatang.
Karenanya Irna mengklaim, telah memerintahkan jajarannya di Pemkab Pandeglang untuk urunan membangun rumah bagi Nining dan Eby. Para pejabat di Kabupaten Pandeglang telah dimintai sumbangan olehnya.
"Minggu ini kita urunan terkumpul Rp 7 juta atau Rp 10 juta kita perbaiki rumahnya. Tapi intinya kalau beliau mau buka warung silahkan tapi tidak untuk ditempati, untuk dihuni. Kita patungan semua, kepala dinas patungan, kalau untuk slot mendadak itu kan kita gak bisa. Kalau (Rutilahu menggunakan) APBD harus tahun depan, kalau lama lagi, nanti rame lagi," jelasnya.
Sebelumnya sempat diberitakan guru Nining bersama suaminya, Eby, tinggal satu atap dengan toilet sekolah sejak dua tahun terakhir lantaran keterbatasan biaya.