Liputan6.com, Jakarta - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan potensi penerbitan obligasi korporasi dan mid term notes (mtn) akan semakin marak di semester II 2019. Pefindo mencatat pasar surat utang obligasi masih terus tumbuh dengan total outstanding mencapai lebih dari Rp 400 triliun hingga akhir Juni 2019.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, sampai dengan 30 Juni 2019 penerbitan obligasi korporasi tercatat baru mencapai sebesar Rp 52,5 triliun.
Dia melanjutkan, tahun ini Pefindo menargetkan penerbitan obligasi korporasi sebesar Rp 135 triliun. Pefindo memasang target tersebut karena tahun lalu terjadi peningkatan suku bunga dan memperkirakan penerbitan obligasi pada semester II 2018 turun.
Baca Juga
Advertisement
"Untuk tahun ini first semester rendah, karena suku bunga tinggi, apalagi kondisi politik yang masih berlanjut sehingga membuat recover belum optimal. Kita harapkan second semester ini akan membaik, jauh lebih baik,“ tuturnya di Jakarta, Selasa (16/7/2019).
Untuk tenor, Pefindo mencatat hingga akhir Juni 2019 tenor jangka pendek dengan waktu tiga tahun dan menengah dengan waktu lima tahun masih menjadi favorit penerbitan.
Tenor tiga tahun mencakup 40 persen dari nilai penerbitan baru obligasi korporasi dan tenor lima tahun mencakup 26,8 persen nilai penerbitan baru obligasi korporasi. Sementara itu, investor pasar obligasi sebagian besar datang dari reksa dana dengan porsi terhadap outstanding obligasi korporasi sebesar 27,05 persen, disusul perbankan dengan porsi terhadap outstanding obligasi korporasi sebesar 20,52 persen
Sedangkan asuransi dan dana pensiun menjadi dua di antara investor institusi dengan proporsi kepemilikan obligasi korporasi yang cenderung menurun. Kemudian untuk investor asing, kepemilikannya tetap rendah jika dibandingkan dengan obligasi negara dan saham, hanya 6,3 persen.
"Untuk mandat di semester II 2019 yang masuk ke Pefindo tapi belum terealisasi mencapai Rp 37,12 triliun," paparnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemerintah Tawarkan Obligasi Ritel SBR007
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melakukan penjualan instrumen Surat Utang Negara (SUN) ritel melalui Saving Bond Ritel (SBR) seri SBR007 kepada investor individu secara online (e-SBN). Adapun minimum pemesanan SBR007 ini mulai dari Rp 1 juta dan maksimal Rp 3 miliar.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Luky Alfirman mengatakan penerbitan SBR007 ini merupakan bentuk komitmen pemerintah untuk mempermudah akses masyarakat berinvestasi di SUN ritel. Di samping itu, juga untuk memperluas basis investor dalam negeri dengan menyediakan alternatif investasi dan mendukung terwujudnya keuangan inklusif serta memenuhi sebagian pembiayaan APBN 2019.
"Pertama apa SBR ini apa yang bedakan dengan instrumen lain ini bukan paksaan ini suatu produk. SBR007 itu produk pemerintah untuk biayai APBN. Produk ini Insya Allah aman karena ini dijamin oleh pemerintah," katanya dalam peluncuran SBR007 di Jakarta, Kamis (11/7).
Luky mengatakan, pembukaan masa penawaran seri SBR007 dilakukan mulai hari ini 11 Juli. Selanjutnya, penutupan masa penawaran dilakukan pada 25 Juli mendatang. Penetapan hasil penjualan kepada investor akan dilakukan pada 29 Juli dan setelmen pada 31 Juli.
Dalam penawaran ini, pemerintah memberikan tingkat kupon SBR007 sebesar 7,50 persen untuk periode 3 bulan pertama pada tanggal 31 Juli 2019 sampai dengan 10 Oktober 2019. Di mana pembayaran kupon akan dilakukan setiap tanggal 10 setiap bulannya.
"Kupon tadi ada batas minimal maksudnya jadi waktu ditetapkan kupon 7,5p persen acuannya adalah pada saat BI Rate 6 persen. Apabila suku bunga acuan BI naik maka akan menyesuaikan kenaikannya. Sementara kalau BI Rate turun tidak menyesuaikan artinya masih di angka 7,50 persen," katanya.
Advertisement
Keuntungan Investasi SBR007
Luky menambahkan, keuntungan berinvestasi pada SBR007 ini dijamin keamanannya. Sebab SBR ini telah diatur dan dijamin oleh undang undang atas pembayaran kewajibannya. "Ini terjamin aman oleh pemerintah. Silakan bandingkan dengan yang lain," imbuhnya.
Adapun proses pemesanan pembelian SBR007 secara online ini dilakukan melalui 4 tahap. Yakni dengan melakukan registrasi atau pendaftaran, kemudian pemesanan, pembayaran dan setelme atau konfimasi.
Pemesanan pembelian disampaikan melalui sistem elektronik yang disediakan Mitra Distribusi yang memiliki interface dengan sistem e-SBN. kiranya telah memahami Memorandum Informasi SBR007 yang dirilis pada tanggal 9 Juli 2019.
Masyarakat yang berminat untuk berinvestasi di SBR007 saat ini sudah dapat melakukan registrasi dengan cara menghubungi 20 Mitra Distribusi yang telah ditetapkan melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik (layanan online), melalui 20 mitra distribusi.
Kepercayaan Investor Tinggi, Obligasi BTN Kelebihan Permintaan
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) melaporkan, obligasi Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) III tahap II yang telah ditawarkan pada pertengahan Juni lalu meraih minat besar dari para investor dengan nilai penawaran yang masuk sebesar Rp 4,11 triliun.
Perolehan tersebut lebih tinggi dari target indikatif yang diproyeksi akan meraup pendanaan sebesar Rp 3,14 triliun. Tiga seri obligasi PUB III Bank BTN pada tahap kedua ini semua meraih kelebihan permintaan.
"Meskipun kondisi pasar modal masih bergejolak selepas Pemilu Presiden dan kondisi ekonomi global terdampak perang dagang, namun minat dari para investor terhadap obligasi BTN cukup besar karena kinerja kami positif di mata investor," kata Direktur Utama BTN, Maryono lewat keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (27/6/2019).
Untuk seri A, jumlah pokok yang ditawarkan adalah sebesar Rp 1,756 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 7,75 persen per tahun. Seri A yang jatuh tempo 8 Juli 2020 tersebut mendapatkan kelebihan permintaan sebesar Rp 256,5 miliar dari proyeksi awal sebesar Rp 1,5 triliun.
Sementara Seri B juga tidak kalah peminatnya, dengan jumlah pokok yang ditawarkan mencapai Rp 1,168 triliun dengan tingkat bunga tetap sebesar 8,75 persen per tahun. Perolehan dari seri B yang jatuh tempo 28 Juni 2022 tersebut lebih banyak dibandingkan target awal yang dipatok yakni sebesar Rp 803 miliar.
Kelebihan permintaan signifikan juga diraih obligasi Seri C dengan tingkat bunga tetap sebesar 9 persen per tahun yang akan jatuh tempo 28 Juni 2024, berhasil meraih permintaan sebesar 1,219 miliar. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan yang tercantum di Informasi Tambahan Ringkas yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia pada 12 Juni lalu, yakni sebanyak Rp 835 miliar.
"Faktor yang membuat obligasi BTN cukup menarik adalah tingkat bunga yang ditawarkan, karena saat ini kecenderungan yield SUN bertenor 1 tahun, 3 tahun dan 5 tahun yang menjadi benchmark obligasi PUB III BTN tahap II ini melandai dalam kurun 1 bulan ini," jelas Maryono.
Advertisement