Liputan6.com, Yogyakarta - Kepala Unit Pengelola Kawasan (UPK) Kota Tua, Norviadi Setio Husodo, mengatakan pihaknya akan mengembangkan sejumlah lokasi wisata. Seperti halnya di wilayah Pecinan Glodok, dan Pekojan yang dikembangkan sebagai kawasan Arab hingga Sunda Kelapa.
Dia beralasan, mayoritas masyarakat hanya mengenal kawasan Kota Tua itu sebatas Taman Fatahilah dan museum di sekitarnya saja.
Advertisement
"Sektor ekonomi kita mengajak tamu-tamu dari China untuk berkunjung ke Pecinan, agar mereka bisa merasakan atmosfer Asia Timur di sini. Sementara untuk tamu dari Arab, akan kita ajak ke Pekojan di mana kawasan tersebut dikembangkan menjadi objek yang menarik yang akan dikembangkan menjadi wisata halal," kata Norviadi di Yogyakarta, Selasa (16/7/2019).
Karena itu, dia menyebut akan terus melakukan promosi dengan melakukan berbagai kegiatan berdasarkan karakteristik lokasi tersebut.
"Jadi kalau kita ingin bikin acara di Pecinan, di sana akan dikemas kegiatannya 70 persen dengan budaya Cina. Kita juga bisa bikin kegiatan di kawasan Pekojan dengan nuansa Arab," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Hamid Ponco Wibowo, menilai sektor pariwisata dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru di Ibu Kota. Langkah yang dapat dikembangkan, yakni wisata bisnis, atau yang kerap kali disebut dengan meetings, inventive, convention, and exibhition atau MICE.
Dia mengatakan di Ibu Kota kedatangan wisatawan mancanegara paling besar dengan tujuan berbisnis dan jumlahnya mencapai 53 persen. Sedangkan 47 persen, wisatawan yang meluangkan waktu khusus wisata.
"Sehingga, pengembangan MICE dapat menjadi pijakan awal untuk mendorong industri pariwisata Jakarta, untuk menarik wisman (wisatawan mancanegara)," ucapnya.
Hamid menyatakan adanya peningkatan jumlah kegiatan MICE di Jakarta pada 2017 sebanyak 652 kegiatan dan 892 di 2018. Akan tetapi, peringkat MICE di Jakarta menurun selama lima tahun terakhir.
"Pada tahun 2013, peringkat MICE di Jakarta ada dalam posisi 94, tahun 2014 menurun menjadi peringkat 130. Lalu pada 2015 peringkat 168, tahun 2016 peringkat 178 dan terperosok ke peringkat 216 di tahun 2017," papar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kurang Daya Tarik
Hamid menilai hal yang menjadi kendala yakni kurangnya insentif atau daya tarik yang ditawarkan. Padahal, jumlah kunjungan wisman ke Jakarta pada 2018 lalu sebanyak 2,8 juta.
Bahkan, ucap dia, angka tersebut naik 5,79 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Sedangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DKI 2017-2022, pertumbuhan kunjungan wisatawan setiap tahunnya ditargetkan sebanyak 5 persen," jelasnya.
Advertisement