Liputan6.com, Jakarta Harga emas turun pada perdagangan hari Selasa. Penurunan ini setelah angka data penjualan ritel AS lebih baik dari perkiraan. Data ini sekaligus menurunkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS dan mendorong dolar lebih kuat.
Dikutip dari CNBC, Rabu (17/7/2019), harga emas di pasar spot turun 0,45 persen menjadi USD 1,407.38 per ounce. Dan harga emas berjangka AS juga turun 0,33 persen menjadi USD 1,408.9 per ounce.
“Pasar (emas) lebih bergantung pada faktor makro untuk bisa mendorongnya kembali menguat. Jika kami terus melihat data yang lebih kuat seperti angka ritel, itu menghadirkan peluang bagi pasar,” kata Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank.
Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel naik 0,4 persen bulan lalu karena konsumsi rumah tangga meningkatkan berkat penjualan kendaraan bermotor dan berbagai barang lainnya.
Baca Juga
Advertisement
Survei Reuters memperkirakan penjualan ritel naik 0,1 persen pada Juni. Akibat ini, Dolar menguat 0,4 persen terhadap rival utama pasca data AS yang optimis.
"Kami telah melihat kembalinya skenario peluang pasar yang lebih jelas, berkat data yang data yang kuat, yang dapat mencegah Fed AS dari pemangkasan suku bunga, sehingga memiliki implikasi besar pada pasar," kata analis pasar senior OANDA, Craig Kata Erlam.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Perundingan Dagang AS-China
Data penjualan ritel muncul menjelang keputusan bank sentral. Di sisi lain Bank Sentral Eropa juga akan jatuh tempo pada 25 Juli dan The Fed diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga AS setelah itu.
Dengan suku bunga yang lebih tinggi akan membuat dolar kembali menguat.
Melihat perkembangan perdagangan AS-China, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan dia dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan mengadakan pembicaraan perdagangan lebih lanjut dengan rekan-rekan China minggu ini. Ini menjadi bagian dari upaya untuk mengakhiri perang dagang yang telah membebani pasar.
Advertisement