Capai Rp 267 Triliun, Investai Blok Masela Terbesar Kedua Setelah Freeport

Blok Masela akan mulai produksi pada 2027. Namun investasi blok ini menjadi yang terbesar kedua setelah Freeport

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 17 Jul 2019, 11:00 WIB
Penandatangan HoA antara SKK Migas dan Inpex Corporation soal Blok Masela. Dok: Kementerian ESDM

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mngemukakan, total biaya pengembangan lapangan Proyek LNG Lapangan Abadi di Blok Masela, Maluku, mencapai USD 18,5-19,8 miliar atau setara dengan Rp 267,8 triliun (kurs Rupiah 13.949 per dolar AS).

“Ini adalah investasi asing terbesar sejak 1968 dan simbol pembangunan di Indonesia Timur yang berskala global setelah Freeport Indonesia,” kata Jonan seperti dikutip dalam laman Setkab.go.id, Rabu (17/7/2019).

Pada saat pembangunan, menurut Jonan, Proyek Blok Masela dapat menyerap 30 ribu tenaga kerja langsung maupun pendukung, dan saat beroperasi akan menyerap tenaga kerja antara 4.000 – 7.000 orang termasuk pembangunan industri petrokimia.

 

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengemukakan, Presiden menekankan 3 pesan penting untuk proyek ini. Pertama, komitmen Inpex sesuai dengan apa yang tertuang di PoD dan arahan pemerintah lewat Kementerian ESDM. Kedua, memaksimalkan lokal konten, dan ketiga adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) lokal.

“Persetujuan atas revisi PoD oleh pemerintah ini merupakan tonggak sejarah yang sangat penting bagi Proyek LNG Abadi,” tegas Jonan.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Presiden Jokowi menyambut gembira tercapainya persetujuan pembangunan Blok Masela antara pemerintah yang diwakili oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dengan investor pengelola blok tersebut Inpex Corporation.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Utamakan Pekerja Lokal

Seorang melintas di depan layar peta usai pertemuan antara Menko Kemaritiman dan Sumberdaya Rizal Ramli dengan perwakilan masyarakat Maluku di Gedung BPPT, Jakarta, Rabu (7/10/2015). Pertemuan membahas Blok Masela. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto yang bersama Menteri ESDM Ignasius Jonan mengantar delegasi Inpex Corporation yang dipimpin oleh President/CEO Inpex Corporation Takayuki Ueda menghadap Presiden Jokowi mengatakan, Presiden Jokowi juga ingin agar Inpex bisa memaksimalkan konten lokal dalam mengelola Blok Masela.

Tak hanya itu, Kepala Negara juga berharap tenaga kerja lokal bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.“Jadi nanti ada training-training untuk bisa meningkatkan kapabilitas dari SDM setempat,” ujar Dwi.


Blok Masela Berproduksi di 2027

Rencananya, blok ini akan dikelola dua perusahaan yakni Inpex dan Shell.

Inpex Corporation ‎menargetkan blok minyak dan gas (migas) Maselabisa berproduksi pada 2027, setelah mendapat persetujuan pengembangan atau Plan Of Development (POD) dari Pemerintah Indonesia.

President dan CEO Inpex Takayuki Ueda mengatakan, setelah pemeirntah menyetujui rencana pengembangan Blok Masela, Inpex Masela yang merupakan anak usaha Inpex Corporation yang ditugaskan mengelola ‎Blok Masela akan melanjutkan membuat desain rinci atau Front End Enginering Design (FEED).

"Untuk menjaga agar proyek tetap kompetitif, Inpex akan terus bekerjasama dengan mitra kerja Shell‎ dengan dukungan Pemerintah Indonesia, untuk memulai persiapan yang diperlukan," kata Ueda, di Jakarta, Selasa (16/7/2019).

Setelah menempuh tahap FEED, kemudian dilanjutkan dengan tahapan FID dan pengadaan teknis konstruksi (Enginering, Procurment and Construction/EPC) kemudian dilanjutkan dengan produksi pada periode 2027 atau 2028.

‎Total kapasitas produksi gas yang akan diproduksi oleh Inpex setiap tahunnya adalah sebesar 10,5 juta Metrik Ton (MT) per tahun dengan rincian sebanyak 9,5 juta MT per tahun untuk gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG) dan sebanyak 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) disuplai untuk kebutuhan domestik.

Selain itu,lapangan gas abadi Maselajuga memproduksi kondensat dengan produksi rata-rata perhari 35 ribu barel per harui (bph) yang akan mulai berproduksi ditargetkan pada tahun 2027.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya