Jumlah Wanita yang Deteksi Dini Kanker Serviks Masih Rendah

BKBBN mengungkapkan baru sekitar lima persen perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviks.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Jul 2019, 11:00 WIB
Wanita yang mendatangi layanan kesehatan untuk deteksi dini kanker serviks masih rendah. ilustrasi /Photo by rawpixel.com from Pexels

Liputan6.com, Malang, Deteksi dini merupakan upaya terbaik dalam menghadapi kanker termasuk kanker serviks. Sayang, jumlah perempuan yang melakukan deteksi dini kanker serviks baru 5 persen di seluruh Indonesia seperti disampaikan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dwi Listyawardani.

"Deteksi dini untuk melihat kemungkinan adanya gejala kanker mulut rahim itu baru sekitar 5 persen dari seluruh wanita yang eligible yang harus memeriksakan diri di seluruh Indonesia. Masih sangat sedikit," kata wanita yang karib disapa Dani kepada wartawan di Malang, Dwi dalam keterangannya kepada wartawan di Malang, Selasa, 16 Juli 2019 seperti dilansir Antara. 

Rendahnya angka deteksi dini kanker mulut rahim, kata Dani ada dua penyebab utamanya. Yakni ketidaktahuan dan kesadaran masyarakat yang masih minim terhadap pencegahan penyakit itu. Sehingga dibutuhkan sosialisasi tentang pentingnya deteksi dini kanker serviks, baik dengan tes IVA atau papsmear. 

Menurut dia, peran Tim Penggerak PKK yang anggotanya perempuan yang sudah menikah sangat efektif bila dioptimalkan dengan tepat. Pemeriksaan IVA ataupun papsmear untuk deteksi dini kanker serviks sangat dianjurkan bagi perempuan yang telah melakukan hubungan seksual.

 

Saksikan juga video menarik berikut


Bisa di Puskesmas

Dani menyarankan perempuan untuk melakukan deteksi dini, minimal dengan tes IVA yang paling mudah dilakukan dan bisa didapatkan di puskesmas. Apalagi, 

"Untuk pemeriksaan IVA pembiayaannya kan sudah dijamin oleh BPJS, ya. Jadi mereka yang sudah menjadi anggota BPJS sebetulnya bisa melakukan pemeriksaan ini. Dilakukan satu tahun sekali paling tidak," kata Dani.

Kanker mulut rahim merupakan penyakit kanker tertinggi kedua yang acap diidap oleh perempuan Indonesia setelah kanker payudara. Kanker serviks juga berkaitan dengan tingginya perkawinan anak di Indonesia.

Dani mengemukakan bahwa perkawinan anak meningkatkan risiko penyakit kanker mulut rahim pada perempuan. Alat kelamin wanita yang usianya di bawah 19 tahun masih sangat rentan terinfeksi berbagai virus sehingga berpotensi mengalami kanker serviks pada 15 tahun hingga 20 tahun yang akan datang.

"Dari hasil penelitian menunjukkan mereka yang yang kena kanker serviks setelah ditanya kapan kamu pertama kali melakukan hubungan seksual itu di usianya rata-rata di bawah 19 tahun ini," kata Dani.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya