Liputan6.com, Jakarta - Kebaya dinobatkan jadi busana nasional dalam lokakarya yang digelar di Yogyakarta pada 1978. Namun, masih banyak orang yang belum tahu soal padu padan pemakaian kebaya yang tepat.
Menurut desainer Musa Widyatmodjo, para orang tua dulu sebenarnya mewariskan pengetahuan berkebaya tersebut. Sayang, informasinya semakin luntur seiring kurangnya materi tentang kebaya di dunia pendidikan.
Baca Juga
Advertisement
Secara umum, ada empat jenis kebaya di Indonesia. Kebaya pertama adalah kebaya Kartini bermodel kerah berlipit dan tertutup. Kebaya ini semestinya dipadupadankan dengan kain panjang.
Kedua adalah kebaya noni. Kebaya ini aslinya menggunakan renda untuk mempermanis tepian baju yang diciptakan para perempuan Eropa yang tinggal di Indonesia. Warnanya juga hanya putih. Bila mengenakan kebaya satu ini, baiknya dipadukan dengan sarung sebagai bawahan.
"Perempuan Eropa dulu pakai gaun-gaun putih berenda, tapi kok panas ya. Nggak praktis. Mereka lihat perempuan pribumi pakai kain, kok pakai kain lucu ya. Akhirnya, mereka buat kebaya dengan renda yang didatangkan dari Belanda," jelas Musa dalam acara Gerakan Indonesia Berkebaya di Museum Nasional, Jakarta, Selasa, 16 Juli 2019.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kebaya Nyonya
Kebaya nyonya juga dikenal sebagai kebaya encim. Kebaya ini dipengaruhi selera para perempuan Tionghoa. Kekhasannya terdapat pada bordiran di kebaya dan selalu berwarna-warni.
Kebaya jenis ini semestinya dipadukan dengan kain batik pagi sore. Batik tersebut dicirikan dengan gambar yang detail dan motif ganda pada sisi berbeda.
Terakhir adalah kebaya kutu baru. Menurut Musa, kebaya inilah yang merupakan kebaya klasik Indonesia.Kebaya ini dicirikan lewat beff -kain pelapis- di bagian depan. Kebaya jenis ini semestinya dipadukan dengan kain panjang semata kaki.
Advertisement