Awan Topi Muncul di Atas Gunung Rinjani, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Fenomena alam langka ini jadi pemandangan yang menakjubkan.

oleh Muhammad Fahrur Safi'i diperbarui 17 Jul 2019, 16:20 WIB
Awan bertopi yang muncul di atas Gunung Rinjani (Sumber: Facebook/erminsembahulun)

Liputan6.com, Jakarta Fenomena alam langka kembali terjadi. Ya, fenomena alam berupa awan berbentuk topi di atas Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat ini terjadi pada Rabu (17/7/2019) pagi.

Fenomena alam langka berupa munculnya awan bertopi di atas Gunung Rinjani ini menjadi viral dan perbincangan di media sosial Facebook. Fenomena alam seperti ini ternyata kejadian biasa.

Sebelumnya, fenomena seperti ini juga muncul di Gunung Semeru, Jawa Timur, Senin (10/12/2018). Saat itu, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Almarhum Sutopo Purwo Nugroho, kejadian alam di munculnya awan bertopi di gunung sebagai fenomena biasa. Masyarakat diminta tidak mengaitkannya dengan hal lain.

Foto Gunung Rinjani yang bertopi ini awalnya dibagikan oleh pemilik akun media sosial Facebook bernama Ermien Sembahulun, pada Rabu (17/7/2019). Sampai saat ini, unggahan foto fenomena indah ini sudah mendapat 1,9 ribu like dari 350-an komentar yang mengisi kolom komentarnya.

Berikut ulasan mengenai fenomena alam awan bertopi di atas Gunung Rinjani yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Rabu (17/7/2019).


Potret awan bertopi di atas Gunung Rinjani pada pagi hari

 

Fenomena menakjubkan ini memang beberapa waktu terakhir pernah terjadi di Gunung Semeru dan Gunung Sumbing. Namun fenomena yang terjadi di atas Gunung Rinjani ini terlihat begitu jelas dengan cuaca yang begitu cerah pada pagi hari.

Beberapa waktu lalu saat muncul fenomena alam awan bertopi di Gunung Semeru, menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Almarhum Sutopo Purwo Nugroho, kejadian alam di Gunung Semeru sebagai fenomena biasa. Masyarakat diminta tidak mengaitkannya dengan hal lain.

"Ini fenomena alam biasa saja. Tidak usah dikaitkan dengan mistis apalagi politik," kata Sutopo dalam akun Twitternya, yang dikutip Liputan6.com, Selasa (11/12/2018).

Sutopo menjelaskan awan yang berada di puncak gunung berjenis lentikularis atau altocumulus lenticularis. Awan ini terbentuk akibat adanya pusaran angin di puncak.

Untuk itu, dia menyarankan pemandangan alam Gunung Semeru itu dapat diabadikan dalam momen istimewa karena awan ini sangat sedap dipandang mata.

"Bagi yang mau nikah, gunakan fenomena alam ini buat foto pre-wedding. Sungguh memesona! Cintamu akan terus terayomi meski ada turbulensi di hatimu," tulisnya.


Penjelasan Ilmiah

Gunung Semeru bertopi. (Twitter @Sutopo_PN)

Menurut Septima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Semarang, Lenticular Clouds (Altocumulus lenticularis atau Lenticularis stand altocumulus) merupakan sejenis awan yang unik dan biasanya terbentuk di sekitar bukit-bukit dan gunung-gunung akibat pergerakan udara di kawasan pegunungan.

Awan ini dinamakan lenticularis yang artinya 'berbentuk lensa', dan biasanya cukup disebut sebagai awan 'lennies'.

"Awan aneh atau sebenarnya lenticular dapat dibedakan menjadi Altocumulus Standing Lenticularis (ACSL) yang terjadi di dataran rendah, Stratocumulus Standing Lenticularis (SCSL) pada ketinggian tingkat menengah, dan Cirrocumulus Standing Lenticularis (CCSL) pada ketinggian yang lebih tinggi dari atmosfer," kata Septima kepada Liputan6.com, Selasa (2/1/2018).

Proses terbentuknya Lenticular Clouds, yaitu terjadi akibat arus udara yang lembab terdorong ke atas dan melintas melalui puncak gunung atau bukit yang menyebabkan kelembaban, sehingga mengembun dan akhirnya membentuk awan ini.

"Ketika udara lembab bergerak ke area sekumpulan awan itu (palung) awan menguap kembali menjadi uap. Kira-kira seperti itu mudahnya," kata Septima.

Awan ini tergolong awan yang penampakannya sangat langka karena mereka memerlukan gunung atau bukit dengan ketinggian yang cukup serta kondisi meteorologi yang tepat. Awan lenticular umumnya berada pada ketinggian 8.000 hingga 20.000 kaki (2.438 - 6.096 meter).


Awan bertopi pernah terjadi di Gunung Sumbing

Awan Lenticularis biasanya bersusun, sebagaimana terlihat di puncak gunung Sumbing, Senin (1/1/2018). (foto: Liputan6.com/FB

Awal tahun 2018, puncak Gunung Sumbing diselimuti awan berbentuk topi. Awan ini hingga bersusun tiga dan bisa dilihat dari banyak tempat. Fenomena ini menjadi viral di media sosial.

Awalnya foto ini diunggah oleh akun Facebook Amah dan Supar di grup Info 4 Kota (Muntilan, Magelang, Borobudur, DIY). Foto yang diunggah tanggal 1 Januari 2018 pukul 06.05 WIB ini baru beberapa menit langsung panen komentar dan mendapat banyak tanggapan.

Mayoritas warganet mengungkapkan kekagumannya. Atas unggahan itu, warganet kemudian saling melengkapi foto-foto dari tempat mereka berada. Anehnya, mereka yang berada dekat Gunung Sumbing melihat bentuk awan seperti biasa, tidak terlihat seperti topi.

Banyak juga warganet yang berharap fenomena itu sebagai pertanda baik. "Mudah-mudahan itu pertanda baik," tulis akun Putri Rahmawati.

"Kuwi pertanda sing manggon sekitar gunung uripe adem ayem. (Itu pertanda masyarakat di sekitar gunung hidupnya akan tenang dan tenteram)," tulis akun Rianto Aji.

Di kalangan pendaki gunung, awan berbentuk topi atau mirip jamur ini dikenal dengan nama awan lenticular. Orang Jawa menyebutnya caping gunung, karena awan lenticularis puncak gunung biasanya berbentuk topi khas petani Jawa yang disebut caping.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya