Liputan6.com, Jakarta - Nasib guru honorer Nining Suryati (44) yang tinggal seatap di toilet sekolah bersama sang suami, menampar dunia pendidikan. Sontak saja, kasus Nining menjadi perhatian banyak orang, terutama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.
Muhadjir menyayangkan munculnya kasus Nining yang tinggal di toilet SDN Karyabuana 3, Kecamatan Cigeulis, Pandeglang, Banten. Tercatat sudah 15 tahun Nining mengabdi di sekolah tersebut.
Advertisement
"Yang saya sayangkan kepala sekolah kenapa memperbolehkan, jadinya kan sangat dramatis sekali. Mestinya, harus diperhitungkan sebelum mengizinkan, apalagi niatnya mau jualan di sekolah," kata Muhadjir saat berbincang dengan Liputan6.com, Rabu (17/7/2019).
Muhadjir mengakui, persoalan guru honorer saat ini masih menjadi pekerjaan rumah. Kompleksnya persoalan berupaya diuraikan dengan berbagai macam solusi.
"Kita masih kerja keras selesaikan persoalan guru honorer, iya. Ini kan peninggalan lama, tidak serta merta selesai, perlu waktu untuk menyelesaikannya," ujar Muhadjir.
Tercatat 730 ribu honorer di tahun sebelumnya. Jumlah ini perlahan berkurang dengan berbagai penyelesaian, salah satunya mengangkat menjadi pegawai negeri sipil sebanyak 155 ribu lebih.
Persoalan jumlah guru honorer yang tidak banyak terserap melalui jalur calon pegawai negeri sipil, karena kalah bersaing dengan lulusan-lulusan baru. Belum lagi persoalan usia di mana salah syarat CPNS memiliki batas usia 35 tahun.
Persoalan lain karena banyak Pemda yang tidak mengirimkan guru-guru honorer untuk ikut tes pengangkatan menjadi PNS lantaran khawatir menjadi beban pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), padahal sudah berkali-kali diingatkan persoalan itu sudah ditangani melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU).
Melihat persoalan tersebut, pemerintah terus berupaya untuk mencarikan jalan keluar untuk guru honorer, yaitu dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Untuk kasus Pandeglang, kata Muhadjir, pemerintah tidak langsung mengambil kebijakan karena hal tersebut termasuk domain pemerintah daerah.
"Namun Kemendikbud sudah turun tangan dan meminta Direktur Pembinaan Sekolah Dasar untuk melihat apa yang bisa dibantu, kita bantu. Penyelesaian ini harus dengan kepala dingin," kata Mendikbud.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bantuan Mengalir
Saat ini, bantuan bagi Nining dan Eby, suaminya, terus mengalir. Bantuan tersebut berupa uang tunai hingga material bahan bangunan untuk membangun rumah agar layak huni. Bangunan yang kini ditinggali guru Nining tak layak huni karena satu atap dengan toilet SDN Karyabuana 3, di Kecamatan Cigeulia, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Rumah Nining dan Eby yang hancur karena sudah lapuk, kini akan dibangun kembali dengan material bangunan dan sumbangan dari para donatur. Rumah dibangun kembali di lokasi rumah asal mereka yang telah rusak.
"Saya datang ke sini (rumah guru Nining), kebetulan juga ada kegiatan di dekat sini. Saya baca pemberitaan yang sedang heboh di Pandeglang ini," kata AKBP Indra Lutrianto, Kapolres Pandeglang, di rumah Guru Nining, Rabu (17/7/2019).
Indra mengaku prihatin dengan kondisi pahlawan tanpa tanda jasa itu, yang terus berupaya mendidik siswa di SDN Karyabuana 3 agar cerdas, tapi tidak memiliki tempat tinggal yang layak karena keterbatasan ekonomi.
Nining dan suaminya harus bekerja keras untuk bertahan hidup dan menyekolahkan putra/putrinya. Putra pertamanya telah lulus SMA dan kini merantau ke Jakarta untuk bekerja. Sedangkan putri keduanya tengah mengenyam pendidikan di Ponpes Darul Ullum, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Banten.
Honor sebagai guru sebesar Rp 350 ribu disimpan untuk biaya pendidikan anaknya. Kebutuhan sehari-harinya dan untuk makan, ditunjang dari warung hasil jualan jajan anak-anak di dalam sekolah SDN Karyabuana 3.
"Saya prihatin (setelah) melihat pemberitaan yang dimuat di media. Saya melihat dan datang ke sini, tadi memang kondisi rumah Ibu Nining ini temboknya mepet dengan WC, di sebelahnya dibangun (rumah)," terangnya.
Bupati Pandeglang, Irna Narulita mengatakan, Nining dan suaminya sempat dilarang saat akan membangun rumah di dekat toilet. Namun keduanya bersikeras tetap menempati tanah kosong di samping toilet, sembari membuka warung untuk tambahan pemasukan suami istri tersebut.
"Kan memang di sana sambil (buka warung) ngopi, sambil ngewarung (jual jajanan anak sekolah), sehingga mungkin lebih nyaman di situ," kata Irna Narulita, Bupati Pandeglang, Senin (15/7/2019).
Advertisement
Terkejut Pemberitaan
Irna mengaku kaget dengan ramainya pemberitaan bertajuk Guru Honorer Tinggal di WC Sekolah. Istri dari politisi Dimyati Natakusumah ini mengaku telah memarahi pihak kecamatan kepala sekolah, karena dianggap tidak sigap melayani masyarakat di Kecamatan Cigeulis.
"Jangan lengah camat, seperti ini usulkan segera perhatiin. Kan beritanya sampai dikatakan, saya malu," terangnya.
Sang bupati mengaku selama masa kepemimpinannya telah membangun Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) sebanyak 4.700 unit. Sedangkan Nining dan Eby, tidak pernah masuk ke dalam daftar warga penerima bantuan Rutilahu tersebut.
Jika rumah Nining dan Eby ingin mendapatkan Rutilahu, maka ada prosedur yang harus ditempuh dan baru dibangun tahun 2020 mendatang.
Karenanya Irna mengklaim, telah memerintahkan jajarannya di Pemkab Pandeglang untuk urunan membangun rumah bagi Nining dan Eby. Para pejabat di Kabupaten Pandeglang telah dimintai sumbangan olehnya.
"Minggu ini kita urunan terkumpul Rp 7 juta atau Rp 10 juta kita perbaiki rumahnya. Tapi intinya kalau beliau mau buka warung silahkan tapi tidak untuk ditempati, untuk dihuni. Kita patungan semua, kepala dinas patungan, kalau untuk slot mendadak itu kan kita gak bisa. Kalau (Rutilahu menggunakan) APBD harus tahun depan, kalau lama lagi, nanti rame lagi," jelasnya.