Taliban Ancam Tutup 42 Klinik yang Dikelola Swedia di Afghanistan

Ribuan orang terancam tak bisa menerima perawatan medis dan layanan kesehatan akibat Taliban ancam tutup klinik yang dikelola Swedia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 18 Jul 2019, 05:32 WIB
Seorang tentara nasional Afghanistan memegang bendera resmi negara tersebut (AFP Photo)

Liputan6.com, Islamabad - Sebuah badan bantuan internasional mengatakan bahwa Taliban telah memaksa mereka menutup puluhan klinik di wilayah bagian timur-tengah Afghanistan. Hal itu tentu saja berdampak pada ribuan orang, terutama wanita dan anak-anak, untuk menerima perawatan medis dan layanan kesehatan.

Swedish Committee for Afghanistan (SCA) mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Rabu, tindakan gerilyawan di Provinsi Wardak terjadi setelah serangan mematikan pekan lalu oleh pasukan keamanan Afghanistan terhadap salah satu klinik kesehatan badan tersebut. Tercatat bahwa serangan yang dikutuk itu menewaskan empat orang, termasuk dokter SCA, dan satu karyawan masih inyatakan hilang.

"Taliban memaksa SCA untuk menutup 42 dari 77 fasilitas kesehatan di enam dari sembilan kabupaten di Provinsi Wardak sejauh ini, dan karena penutupan ini, diperkirakan lebih dari 5.700 pasien terpengaruh setiap hari," keluh badan bantuan itu seperti dikutip dari VOA, Kamis (18/7/2019). 

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid membenarkan tindakan mereka, menuduh serangan 8 Juli terhadap rumah sakit SCA dilakukan bersama oleh pasukan Amerika dan Afghanistan. Dia mengatakan kepada VOA bahwa unit-unit kesehatan badan bantuan itu telah diserang secara teratur oleh pasukan pro-pemerintah, tetapi SCA belum secara efektif memprotes dan pemerintah Swedia tidak pernah menangani masalah ini dengan orang Amerika atau komunitas internasional.

"Atas permintaan asosiasi klinik lokal, dokter dan staf paramedis di Wardak, kami telah menghubungi Swedia dan mendesak mereka untuk mengambil langkah segera untuk melindungi fasilitas kesehatan mereka serta staf yang bekerja di sana. Sampai saat itu, kami telah memberitahu SCA untuk menutup klinik mereka," kata Mujahid.

"Jika mereka (Swedia) gagal bertindak sesuai itu, kami (Taliban) akan mencari bantuan dari organisasi amal internasional lainnya untuk mengambil alih klinik-klinik ini, untuk memastikan orang-orang di Wardak terus menerima perawatan medis dan layanan kesehatan," tambah Mujahid.

Saksikan Juga Video Berikut Ini:


Tuai Kecaman

ilustrasi dokter/Photo by rawpixel.com from Pexels

Direktur SCA di Afghanistan, Sonny Mansson, mengecam langkah pemberontak sebagai pelanggaran nyata terhadap hak asasi manusia dan hukum humaniter internasional.

"Kami menuntut pembukaan kembali segera semua fasilitas kesehatan bagi masyarakat, dan sangat mendesak semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menahan diri dari tindakan seperti itu yang dengan sengaja membahayakan nyawa warga sipil," tegas Sonny Mansson.

SCA mengutuknya sebagai pelanggaran serius hukum humaniter internasional dan menuntut penyelidikan internasional independen atas insiden tersebut. Namun, agen itu secara eksklusif menyalahkan pasukan Afghanistan karena melakukan serangan mematikan itu.

Serangan minggu lalu di rumah sakit adalah yang kedua dalam tiga tahun. Pada 2016, pasukan keamanan telah menggerebek fasilitas itu dan menyeret keluar dua pasien rumah sakit bersama dengan pengasuh mereka yang berusia 15 tahun dan kemudian memperlihatkan jasad mereka.

SCA beroperasi di pedesaan Afghanistan, termasuk daerah yang dikuasai Taliban, dengan sekitar 6.000 staf lokal di seluruh negeri.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya