Surabaya - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan melanjutkan tahap pemindahan jaringan utilitas di bawah Jalan Yos Sudarso sebagai lanjutan proyek basemen alun-alun Surabaya.
Pemindahan utilitas itu melibatkan pihak terkait yang mempunya jaringan di bawah jalan tersebut. Kepala Seksi Perencanaan Bidang Bangunan dan Gedung, Dinas Permahan Rakyat dan Kawasan Permukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP-CKTR) Surabaya, Harindrayana menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak terkait berkaitan dengan rencana pemindahan jaringan utilitas untuk pengerjaan basemen alun-alun Surabaya.
Ia menuturkan, pemindahan semua jaringan utilitas di bawah Jalan Yos Sudarso ditargetkan rampung dalam satu minggu ke depan. Saat ini, Pemkot Surabaya bersama pihak terkait sedang menyiapkan solusi terbaik untuk rencana pemindahan jaringan utilitas itu.
“Kita masih lihat dulu, kalau panjangnya mencukupi akan langsung kita geser, tapi kalau tidak mencukupi maka kita potong dan disambung lagi untuk digeser,” ujar dia seperti dikutip dari laman suarasurabaya.net, Rabu 17 Juli 2019.
Baca Juga
Advertisement
Hasil analisa tim proyek, jalur pedestrian sisi Timur Jalan Yos Sudarso ditemukan beberapa jaringan utilitas. Yakni jaringan PLN, Kominfo dan beberapa provider. Sementara di tengah jalan Yos Sudarso, terdapat pipa PDAM diameter 80 cm dan pipa PGN diameter 15 cm.
“Kami libatkan semua provider yang terkait untuk mengatasi utilitas ini. Kami juga berkoordinasi dengan Satlas Polrestabes Surabaya berkaitan dengan rekayasa lalu lintas nantinya, Kejaksaan, Polsek Genteng dan Satpol PP,” tutur dia.
Bila pembangunan basemen di Yos Sudarso dimulai, Dishub Surabaya akan merekayasa lalu lintas. Bagi pengendara dari Jalan Tunjungan akan dialihkan ke arah Jalan Simpang Dukuh.
Sementara, dari Jalan Kusuma Bangsa dan Jalan Sumatera dialihkan ke Jalan Plaza Boulevar. Sedangkan arus Jalan Ketabang Kali akan dibalik arahnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Manfaat Pembangunan Alun-Alun Surabaya
Sebelumnya, Pembangunan proyek alun- alun Surabaya mendapatkan perhatian khusus dari pakat tata kota Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya, Maztri Indrawanto.
Dia menuturkan, pembangunan Alun-alun Surabaya merupakan hal baru. Selama ini masyarakat menilai konsep alun-alun itu berupa ruang terbuka hijau. Akan tetapi, esensi yang dibuat Pemerintah kota (Pemkot) Surabaya berupa ruang publik dengan inovasi di tengah kota yang lahannya terbatas.
"Maka keterbatasan lahan itu telah dijawab Pemkot Surabaya dengan membuat space baru itu," kata Maztri sapaan lekatnya, Selasa, 9 Juli 2019.
Ia menuturkan, konsep alun-alun yang berada di tengah kota dengan keterbatasan lahan ini tidak semata-mata sekadar sebagai titik kegiatan kumpul, dan ruang publik di dekat Balai Pemuda.
Akan tetapi, alun-alun yang terletak di pusat perekonomian kota dengan keterbatasan lahan, merupakan bentuk nuansa baru seperti kota-kota besar (metropolis) di dunia.
"Namun hadirnya publik space tersebut diharapkan juga bisa memberikan nilai lebih, tidak hanya sekadar nilai rupiah atau ekonomi, tapi juga sosial,” ujarnya.
Dia mengatakan, jika dilihat konsep alun-alun Surabaya, berada di titik sentral yang sangat strategis. Di sisi barat ada Balai Pemuda, dari arah selatan menuju utara ada poros yang di tengahnya ada Bambu Runcing dan Tunjungan.
"Hal ini saling berintegrasi antara beberapa jaringan penting yang saling berkesinambungan," ujarnya.
Namun demikian, pihaknya juga mendorong Pemkot Surabaya agar mampu mengintegrasikan ruang publik itu menjadi kesatuan dengan beberapa jaringan tanpa mengurangi nilai ekonominya.
"Akan tetapi yang paling penting adalah hadirnya alun-alun di tengah kota menandakan bahwa Surabaya mampu menjawab kebutuhan ruang untuk public space," paparnya.
Advertisement
Dukung Gerakan Pejalan Kaki
Sebelumnya, Maztri menilai, di sisi lain, keberadaan alun-alun Surabaya itu secara tidak langsung keberpihakan pemkot dalam mendukung gerakan pejalan kaki.
Di tengah kota yang saat ini dipandang masif dengan kegiatan ekonomi, bangunan dan manusia, nantinya kualitas udara akan semakin meningkat. Sebab, pergerakan kendaraan bermotor akan mulai bergeser dari pusat kota ke kawasan pinggiran.
"Manfaat lain yang didapat adalah kualitas udara di pusat kota nanti akan semakin meningkat. Karena nantinya kendaraan bermotor terkurangi dan inilah tantangan rentetannya," ujar dia.
Jadi suatu saat, kata Maztri, masyarakat yang punya maksud dan tujuan ke pusat kota dilakukan dengan berjalan kaki dan bersepeda. Keberadaan alun-alun itu nantinya juga akan menggeser kendaraan bermotor ke kawasan pinggir. Hal ini terintegrasi dengan infrastruktur jalan yang telah disiapkan Pemkot Surabaya.
"Ini nyambung dengan jaringan transportasi yang ada, seperti Middle East Ring Road (MERR), Jalur Lingkar Luar Barat (JLLB) dan Jalur Lingkar Luar Timur (JLLT)," ungkapnya.
Namun demikian, Maztri menjelaskan, untuk memulai proses pembangunan alun-alun itu pastinya ada dampak lain yang ditimbulkan. “Tapi ke depan itu sebagai momentum untuk sosialisasi ke depan pejalan kaki dan non motor itu akan didorong," imbuhnya.
Oleh karena itu, ia berharap, agar masyarakat menerima keberadaan alun-alun ini tidak hanya sekadar bentuk bangunan kegiatan. Akan tetapi juga bisa melihat fungsi lain dari manfaat alun-alun di tengah kota itu.
Namun tentu, hal ini juga harus diimbangi dengan jalur sepeda yang ada untuk terus dimaksimalkan. "Sehingga jauh-jauh ini masyarakat perlu dipahami bahwa ini awal untuk menata sistem transportasi," katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, sesuai dengan arahan Wali Kota Risma, alun-alun tersebut akan dikonsep berbeda. Alun-alun itu akan dilengkapi dengan amphitheater dan tribun tempat duduk untuk pertunjukan seni.
“Ruang publik bawah tanah ini akan jadi yang pertama di Surabaya, sebelumnya kami belum pernah membangun yang seperti ini,” kata Eri.