Liputan6.com, Jakarta - Atreyu Moniaga Project kembali mempersembahkan pameran angkatan kelima dari program inkubasi ilustrasi Mixed Feelings 04. Bertajuk "Kintsugi", empat ilustrator perempuan memajang karyanya di Galeri Tugu Kunstkring Paleis, Menteng, Jakarta, mulai Rabu, 17 Juli 2019, hingga 15 Agustus 2019.
Kata 'Kinstugi' terpilih untuk mewakili perasaan para seniman yang rata-rata memproduksi 10 karya. Kintsugi dikenal sebagai metode dari Jepang untuk memperbaiki keramik pecah dengan pernis khusus yang dicampur emas.
Elle Dhita terpilih jadi Kapten Mixed Feelings 04. Perempuan yang bekerja sebagai freelance illustrator itu mengangkat tema kesendirian dalam proyek ini. Memilih medium cat air, Elle menuangkan pengalamannya saat tinggal di San Fransisco tanpa sanak keluarga.
Pengaruh gaya Studio Ghibli sangat terasa dalam puluhan karya ilustrasi yang dibuat. Sosok perempuan berambut pendek yang jadi tokoh utama dalam rangkaian gambar Elle mengingatkan pada karakter Chihiro dalam film Spirited Away.
Baca Juga
Advertisement
Belum lagi sosok naga, ular, dan makhluk bertaring, semua makin menguatkan pengaruh Ghibli dalam karyanya. Warna-warna yang dipilih juga cenderung lembut seperti kebanyakan karya studio animasi terbesar di Jepang itu.
Terkait hal itu, Elle tak menampik bila karyanya banyak dipengaruhi ilustrasi Jepang dan animasi Disney. Lewat gaya tersebut, ia berusaha membawa pesan bahwa kondisi sulit tidak selalu buruk.
"Ninggalin SF itu unplanned. Tujuh tahun tinggal di sana, bahkan sudah membuat ikatan keluarga dengan teman-teman di sana, nggak mudah meninggalkannya. Memori itu yang saya gambarkan di sini," katanya saat menjelaskan karya berjudul "Till I See You Again".
Sementara, Dinan Hadyan menghadirkan sejumlah figur perempuan dalam potongan-potongan gambar. Lewat karyanya, sang ilustrator berusaha menyampaikan pesan bahwa kesempurnaan sejati berasal dari keindahan proses, bukan popularitas ataupun jumlah pengikut di media sosial.
"Lewat proyek ini aku belajar trusting other people. Bahwa ada orang yang memang memberi masukan dengan good intention. Okelah kita punya ego pribadi, tetapi cukup penting juga untuk membiarkan orang-orang memberi masukan agar kita nggak sempit pada satu garis saja," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Berdamai dengan Ketidaksempurnaan
Selain Elle, ada pula Sol Chai yang lama menekuni pekerjaan sebagai ilustrator di sebuah studio. Perempuan pengidap bipolar itu mengaku awalnya kesulitan membuat karya karena selama ini terbiasa mengerjakan ilustrasi pesanan orang lain. "Belum lagi kanvasnya sebesar itu, sempat bingung mau ngapain," katanya.
Inspirasi kemudian digali dari pengalamannya sendiri sebagai pengidap bipolar. The Girl, perempuan berambut panjang dengan pandangan mata kosong, adalah tokoh yang diciptakan untuk mewakili kerapuhannya.
Lewat karya tersebut, Sol berusaha menyampaikan pesan bahwa tak masalah untuk mengungkap kekurangan pada orang lain. Hal itu justru bagian penting dari penerimaan diri agar bisa maju dan mengatasi masalah. "Penting bagi gue untuk berbagi pengalaman dan mengedukasi orang tentang apa itu bipolar," ujarnya.
Pesan serupa juga berusaha dibawakan Jessie Tjoe lewat 10 karya ilustrasi yang menampilkan beragam wujud monster. Ia mengaku, monster-monster itu adalah perwujudan dari dirinya dan ketakutan yang dimiliki.
Selama ini, ia mengaku selalu berusaha menyenangkan orang lain lewat karyanya sehingga menepikan kejujuran diri sendiri. Seiring waktu, ia semakin mengenali bahwa yang disukai memang bentuk-bentuk mengerikan yang sebenarnya tak terlalu menakutkan.
"Aku nggak terlalu suka menunjukkan emosi-emosi negatif, akhirnya jadi pura-pura baik-baik saja. Ternyata, itu nggak sehat. Baliknya ke diri sendiri. Nah, aku belajar untuk jujur dan lewat karya ini ingin bilang, kamu nggak sendiri," jelas Jessie perihal karya yang didominasi warna kecokelatan itu.
Advertisement