Jejak Firma Jerman dalam Tragedi Bendungan Jebol di Brasil

Sebuah firma konstruksi Jerman diduga memiliki jejak pertanggungjawaban dalam tragedi bendungan jebol di Brasil yang renggut 300 orang.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 18 Jul 2019, 14:33 WIB
Jembatan runtuh akibat banjir yang dipicu jebolnya bendungan di Brumadinho, Brasil, Jumat (25/1). Sembilan orang dipastikan meninggal dunia, sementara 200 lainnya dinyatakan hilang. (Bruno Correia/Nitro via AP)

Liputan6.com, Brasilia - Sebuah firma konstruksi Jerman diduga memiliki jejak pertanggungjawaban dalam tragedi bendungan jebol di Brasil pada awal Januari 2019 --menurut sebuah bukti yang mengemuka.

Penyelidik menyebut bahwa firma tersebut berperan dalam memberikan sertifikasi atas konstruksi bendungan di tambang bijih besi Feijao di Brumadinho, negara bagian Minas, Brasil tenggara.

Padahal sejatinya, bendungan milik Vale --perusahaan tambang terbesar Brasil-- itu rentan ambruk, kata penyelidik seperti dikutip dari BBC, Kamis (18/7/2019).

Konstruksi bendungan juga berdiri di atas tanah yang rentan mengalami likuifaksi.

Tragedi, yang terjadi pada 25 Januari, menewaskan sekitar 300 orang. Mereka tersapu oleh air bah bendungan dan lautan lumpur yang merambah ke area sekitar berupa wilayah pertanian, dan permukiman yang ditinggali sejumlah pegawai tambang.

Bendungan di Brumadinho runtuh dalam hitungan detik. Semburan lumpur beracun mengalir menuruni lembah, menelan segalanya dan semua orang di jalurnya.

Tidak ada peringatan. Sirene yang dirancang untuk memperingatkan skenario bendungan jebol seperti itu tidak berbunyi.

 

Simak video pilihan berikut:


Kata Tuv Sud

Banjir yang dipicu jebolnya bendungan menerjang rumah warga di Brumadinho, Brasil, Jumat (25/1). Beberapa orang yang terperangkap berhasil dievakuasi, dalam kondisi seluruh tubuh berselimut lumpur. (Bruno Correia/Nitro via AP)

Seorang jaksa dan anggota parlemen mengatakan, perusahaan Jerman Tuv Sud gagal untuk bekerjasama.

Mereka mengeluh kurangnya kerjasama perusahaan yang mempengaruhi permintaan mereka.

Jaksa memiliki banyak pertanyaan untuk Vale, tetapi mereka juga fokus pada peran Tuv Sud yang memeriksa bendungan pada bulan-bulan sebelum tragedi.

BBC telah melihat email yang menunjukkan analisis Tuv Sud tentang bendungan yang awalnya gagal memenuhi persyaratan resmi.

Anggota Kongres Brasil, Aurea Carolina mengatakan bahwa satu-satunya karyawan senior Tuv Sud yang memberikan bukti adalah kepala kepatuhan untuk Tuv Sud Brasil yang belum pernah mengunjungi Brumadinho dan tidak dapat menjawab pertanyaan penting.

"Dalam proses kriminal, wajar jika terdakwa tidak mau menjelaskan semuanya," katanya kepada BBC.

"Tapi ini adalah bencana yang sangat besar dengan jumlah korban yang sangat tinggi. Ini belum pernah terjadi sebelumnya di Brasil. Ini harus melibatkan hubungan internasional kita dengan Jerman karena markas besar Tüv Süd berbasis di sana."

Pemerintah Jerman mengatakan kepada BBC, meskipun Berlin mengharapkan setiap perusahaan Jerman dalam kasus seperti itu untuk bekerjasama dengan kemampuan terbaik mereka, pada akhirnya mereka tidak memiliki tanggung jawab dalam hal ini.


Likuifaksi

Banjir yang dipicu jebolnya bendungan menerjang jalan raya di Brumadinho, Brasil, Jumat (25/1). Aparat mengaku, kesempatan untuk menemukan korban dalam kondisi bernyawa kian tipis. (Leo Drumond/Nitro via AP)

Struktur yang runtuh adalah bendungan 'tailing'. Selama beberapa dekade, produk limbah dari tambang telah ditumpuk dan ditanami rumput.

Sederhananya, tidak seperti bendungan konvensional, tidak ada tembok atau penghalang tambahan; limbah padat tetap berada di tempatnya. Bendungan 'tailing' rentan terhadap 'likuifaksi' --ketika bahan padat mulai bertindak dan bergerak seperti cairan, menempatkan mereka pada risiko menjadi rentan runtuh.

Dokumen dan email internal yang disita oleh penyelidik menunjukkan bahwa karyawan Tuv Sud tahu selama sekitar satu tahun bahwa ada pencairan di bendungan.

Tuv Sud memiliki kontrak senilai 4 juta euro dengan Vale di dan sekitar lokasi, termasuk satu, yang ditandatangani pada Desember 2017. Kontrak itu mencakup penyediaan penilaian dan solusi atas masalah likuifaksi di bendungan. Salah satu solusi tersebut diketahui gagal pada Juni 2018.

Pada bulan-bulan berikutnya pertukaran email menunjukkan bahwa analisis Tuv Sud terhadap bendungan yang bermasalah tetap dikategorikan sebagai "memenuhi tingkat keamanan resmi" yang diperlukan untuk mensertifikasi bendungan.

Penyelidik menduga bahwa mereka akhirnya "memecahkan" masalah itu dengan mengubah cara di mana bendungan disertifikasi.

Mereka melampirkan persyaratan penggunaan sertifikasi: membuatnya bergantung pada tidak adanya ledakan di sekitar lokasi --yang justru mustahil di negara pertambangan. Itu memungkinkan Tuv Sud untuk meloloskan sertifikasi, meskipun konstruksi memiliki kelemahan.

Investigasi baru-baru ini merekomendasikan agar 14 orang, sebagian besar dari Vale dan dua dari Tuv Sud, didakwa meskipun tidak menyebutkan nama mereka.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya