Liputan6.com, Jakarta - Instalasi seni bambu 'Getih Getah' di kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat kini tinggal kenangan. Karya seni senilai Rp 550 juta itu kini hanya menyisakan tanah merah yang diberi pembatas berwarna merah.
Pantauan Liputan6.com, belum ada pengganti apa pun di lahan bekas Getih Getah itu. Di dekat instalasi hanya terdapat rangkaian tanaman hijau.
Advertisement
Seniman Joko Avianto, pembuat Getih Getah menyatakan karya seninya itu tidak dibongkar, melainkan memang sesuai perencanaan awal hanya untuk dipajang 6 bulan hingga 1 tahun saja.
"Itu bukan pembongkaran sih, itu sudah direncanain sudah ada perencanaan karya itu tahan sampai 1 tahun walaupun sebenarnya perencanaan waktu itu karyanya hanya untuk 6 bulan," kata dia saat dikonfirmasi, Kamis (18/7/2019).
Joko mengatakan, karya seni itu dibuat untuk festival yang waktunya sementara. "Memang karya yang sifatnya festival, sifatnya buat festival. Kan kemarin itu menghadapi Asian Games kan dan 17 Agustus tahun lalu," kata dia.
Usai Getih Getah, Joko mengaku belum ada pembicaraan terkait pengganti instalasi seni selanjutnya yang akan dibangun menggantikan bambu itu.
"Saya rasa belum ada pembicaraan apa-apa," ujar Joko.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kekuatan Bambu
Terkait kekuatan bambu, Joko mengatakan tiap kota memiliki variasi berbeda-beda. Tergantung pada lingkungan, cuaca, dan kelembaban.
"Variatif pengalaman saya di tiap kota, tiap lingkungan beda-beda kekuatannya nggak bisa dibandingin," kata dia.
"Kalau lingkungannya sudah polutif banget ya begitu kejadiannya. Di karya saya yang lain mungkin lebih baik. Dibandingin karya saya Jerman 2015 ya 1 tahun si kawat enggak, karatan masih bagus," tambahnya
Mudah rapuhnya bambu di Jakarta, menurut Joko dipengaruhi polusi yang sangat kuat di Ibu Kota.
"Kalau pengalaman saya dan di kota-kota lain yang lingkungannya enggak polutif itu akan lebih lama. Jadi bagi saya indikator sih," tandas Joko.
Advertisement