Instalasi Bambu Getah Getih, Dibuat Lalu Dibongkar

Getah Getih diresmikan pada 16 Agustus 2018. Instalasi bambu karya Joko Avianto itu kemudian dibongkar dan akan diganti dengan tanaman.

oleh Komarudin diperbarui 19 Jul 2019, 01:04 WIB
Instalasi bambu "Getih Getah" di kawasan Bundaran Hotel Indonesia (HI) menjadi daya tarik pengunjung car free day, Jakarta, Minggu (19/8). Sejumlah masyarakat beramai-ramai berswafoto di depan karya seni bambu itu. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Pembuatan instalasi Getah Getih berawal dari pertemuan Anies Baswedan dengan Joko Avianto di Frankfurt Book Fair pada Oktober 2015. Saat itu, salah satu instalasi bambu karya Joko mendapat apresiasi dan dipasang selama satu tahun di Frankfurt.

Dalam pertemuan itu, Anies menantang Joko untuk membuat instalasi bambu tersebut di Jakarta. Alasannya, ada puluhan ribu orang datang ke Jakarta hingga mata menuju ke Jakarta. Ia ingin orang Indonesia bangga dengan bambu Indonesia.

Pada 1 Agustus 2018, Joko bertemu dengan Anies Baswedan di Jakarta. Saat itu ia diminta untuk buat instalasi bambu untuk Hari Kemerdekaan dan Asian Games.

Usai pertemuan itu, seperti dilansir dari Sarasvati.co.id, Joko langsung turun ke lapangan untuk melihat kebutuhan yang diperlukan. Setelah itu, ia pulang dan membuat sketch.

Joko terinspirasi dari cerita sejarah dari kerajaan Hindu terbesar di Nusantara, yakni Majapahit. Majapahit memiliki Getah Getih, pasukan tentara yang ditakuti banyak orang.

Getah bermakna putih, sedangkan Getih makna merah.  Jadi, Getah Getih bermakna merah putih, seperti warna bendera Indonesia.

Instalasi bambu "Getih Getah" di Bundaran HI menjadi daya tarik pengunjung car free day, Jakarta, Minggu (19/8). Instalasi seni karya Joko Avianto itu dikelilingi warga yang hendak berfoto atau sekedar melihat-lihat. (Merdeka.com/ Iqbal S. Nugroho)

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Biaya Rp550 Juta

Instalasai bambu Getah Getih dibuat menyambut Hari Kemerdekaan RI dan Asian Games 2018. Instalasi tersebut disusun dari 1.500 bambu, 73 di antaranya menjadi penopang yang menyimbolkan 73 tahun.

Bambu tersebut diperolah Joko dari Garut, Tasikmalaya, dan Sumedang. Bambu Garut dan Tasikmalaya dianggap memiliki kekuatan terbaik.

Total pembuatan instalasi itu selama 13 hari, sedangkan pemasangan 6 hari. Sementara itu, untuk pengecoran maupun scaffolding Joko dibantu Jaya Konstruksi. Karya seni yang menghiasi Ibu Kota Jakarta itu menelan biaya Rp550 juta dan diresmikan pada 16 Agustus 2018.

Sementara itu, Joko Avianto bukanlah orang baru dalam hal karya instalasi. Ia  merupakan jebolan dari Institut Teknologi Bandung  (ITB).

Joko telah mengikuti berbagai pameran nasional maupun internasional. Karyanya yang lain dipamerkan di Yokohama Triennale 2017 di Jepang.


Dibongkar karena Rusak

Aktivitas pembongkaran instalasi bambu Getah Getih di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Kamis (18/7/2019) dini hari. Karya seni tersebut rencananya akan diganti dengan taman dan setelah dibongkar, bambu itu akan dibawa ke tempat pembuangan sampah. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Belum lagi setahun instalasi berdiri, Getah Getih akhirnya dibongkar pada Rabu malam 17 Juli 2019. Dilansir dari merdeka.com, Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan alasan pembongkaran bambu itu karena kondisinya mulai rapuh.

"Dilakukan pembongkaran karena bambunya sudah mulai rapuh karena cuaca sehingga jalinan bambu sudah mulai jatuh. Khawatir rubuh," kata Suzi saat dikonfirmasi, Kamis (18/7/2019).

Saat ini, kata Suzi, bambu tidak dapat digunakan kembali. Sementara lahan bekas tempat bambu dipasang akan diganti dengan tanaman.

"Tidak dapat digunakan lagi. Sekarang ditanam border semak ground cover sambil menunggu instalasi lainnya," ucapnya.

Secara terpisah,  Joko Avianto angkat bicara mengenai pembongkaran karyanya oleh Pemprov DKI. Menurut Joko, karya seni bambu Getah Getih itu tidak dibongkar, melainkan sesuai perencanaan awal hanya untuk dipajang 6 bulan hingga 1 tahun.

"Itu bukan pembongkaran sih, itu sudah direncanain. Sudah ada perencanaan karya itu tahan sampai satu tahun walaupun sebenarnya perencanaan waktu itu karyanya hanya untuk 6 bulan," kata Joko, Kamis (18/7/2019).

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya