Liputan6.com, Surabaya - Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Sukma Sahadewa, menilai Kota Surabaya sudah seharusnya punya Rumah Sakit Bedah Sentral untuk meneruskan program kesiagaan Call Center 112 milik Pemkot Surabaya.
"Harapan kita masyarakat secara langsung dapat tertangani bilamana ada kecelakaan di jalan dan penanganan musibah bencana seperti kebakaran," kata Sukma di Surabaya, Jumat (19/7/2019) dilansir Antara.
Dengan adanya rumah sakhit khusus yang dilengkapi dengan Unit Gawat Darurat (UGD) tersebut, penanganan terhadap korban kecelakaan, kebakaran atau musibah lainnya di Surabaya bisa dilakukan dengan cepat dan akurat.
Baca Juga
Advertisement
"Bagus lagi kalau ditambahkan lagi ICU (Intensive Care Unit) dan PICU (Pediatric Intensive Care Unit) yang terintegrasi secara holistik dalam penanganan kegawat daruratan masyarakat," ujar Ketua Lembaga Kesehatan Nahdatul Ulama (LKNU) Surabaya ini.
Selama ini, Sukma melihat banyaknya masyarakat yang memerlukan penanganan cepat serta membutuhkan tempat khusus ICU dan PICU. Meskipun rumah sakit Pemerintahan dan swasta sudah memiliki ICU, lanjut dia, namun tidak mencukupi fasilitasnya.
"Dengan penambahan fasilitas ICU dan PICU sangat membantu dalam mengatasi banyaknya kasus kegawatdaruratan di masyarakat," katanya.
ICU sendiri adalah ruang khusus untuk pasien kritis yang memerlukan perawatan intensif dan observasi berkelanjutan, sedangkan PICU adalah ruang perawatan intensif di rumah sakit, bagi anak dengan gangguan kesehatan serius atau yang berada dalam kondisi kritis.
Meski saat ini belum ada rencana soal itu, namun ia berharap agar Wali Kota Surabaya pengganti Tri Rismaharini ke depan harus mampu memikirkan pembangunan sumber daya manusia dalam bidang kesehatan secara holistik.
"Penambahan ambulans gratis tiap kelurahan juga menjadi sarana sinergitas dalam penanganan lebih lanjut dan komprehensif. Ini juga dalam rangka membangun masyarakat menuju Surabaya sehat jasmani, rohani dan sosial.