Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar Lebaran Betawi ke-12 selama tiga hari. Acara mulai 19-21 Juli 2019 di Lapangan Silang Monas Barat Daya, Jakarta Pusat.
Lebaran selalu identik dengan hari raya umat Muslim yang dirayakan setiap Syawal. Lebaran berlangsung setelah menjalani ibadah puasa Ramadan selama sebulan. Apa itu Lebaran Betawi?
Baca Juga
Advertisement
Seperti Lebaran umumnya, Lebaran Betawi merupakan ajang silaturahmi bagi seluruh warga Betawi. Tak hanya di Jakrta, tapi juga mereka yang tinggal di daerah lain.
Amarullah Asbah merupakan sosok yang menggagas Lebaran Betawi. Ia merupakan Wakil Ketua Umum Badan Musyawarah Masyarakat Betawi atau Bamus Betawi pada 2008.
Lebaran Betawi I berlangsung di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, pada 18 Oktober 2008 lalu masa Gubernur Fauzi Bowo. Hari pertama penyelenggaraan, ribuan orang Betawi dari berbagai daerah memadati Lapangan Banteng.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Palang Pintu
Hingga saat ini Lebaran Betawi terus berjalan. Ketua Pelaksana Lebaran Betawi 2019 Muhammad Rifqi mengatakan, kegiatan ini dimeriahkan oleh beragam acara yang mengandung unsur kesenian khas Betawi, seperti sohibul hikayat, tanjidor, gambus, marawis, palang pintu, tarian Betawi, atraksi silat Betawi, gambang kromong, dan lenong.
Di antara banyak acara itu, palang pintu termasuk yang cukup diminati masyarakat. Dalam bahasa Betawi, palang bermakna penghalang supaya orang lain tak bisa lewat, sedangkan pintu berarti pintu pada umumnya.
Jadi, palang pintu adalah tradisi Betawi untuk membuka penghalang orang lain untuk masuk ke daerah tertentu di mana daerah tersebut mempunyai jawara. Palang pintu merupakan tradisi yang menjadi bagian dari upacara pernikahan masyarakat Betawi yang saat ini masih lestari.
Tradisi palang pintu sempat digunakan saat menyambut para pemain legendaris Liverpool saat berkunjung ke Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan, pada 8 Maret 2018 lalu.
Advertisement