Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan nilai tukar rupiah terpantau kinclong sepanjang hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot pada hari ini ditutup menguat 22,5 poin atau 0,16 persen menjadi Rp 13.937 per dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim menuturkan, perkasanya mata uang Garuda disokong oleh sentimen eksternal serta internal. Dari global, prediksi pemangkasan suku bunga The Fed dinilai membawa angin segar bagi laju Rupiah pada perdagangan hari ini.
Baca Juga
Advertisement
"The Fed yang diperkirakan agresif memangkas suku bunga menjadi pemicu bank sentral lainnya mengikuti jejaknya. The Fed dijadwalkan mengumumkan kebijakan moneter pada 31 Juli dengan spekulasi pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menguat, ke 1,75 persen-2 persen," terangnya kepada Liputan6.com, Jumat (19/7/2019).
Kendati begitu, pihaknya menilai rupiah berpotensi dapat lebih menguat dari posisi saat ini yaitu Rp13.937 per dolar AS. Namun, masih adanya ketidakpastian dagang antara AS-China menurutnya membatasi penguatan rupiah menjadi bersifat terbatas.
Sementara itu, dari sisi domestik, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada Kamis (18/7) membawa sentimen hijau bagi pergerakan Rupiah. Itu didukung dengan posisi BI yang mengatakan masih akan terbuka dalam menerapkan kebijakan yang sifatnya lebih akomodatif.
"Ruang ini kemudian memacu perekonomian lebih kencang, sehingga berdampak positif pada rupiah," tegasnya.
Sebagai informasi saja, rupiah dalam perdagangan tadi pagi sempat menguat di level 13.885 walaupun kembali ke level 13.920. Dalam transaksi minggu depan (Senin) rupiah kemungkinan masih akan menguat terbatas di level 13.875-13.950
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rupiah Sentuh 13.895 per Dolar AS, Posisi Terkuat Sepanjang 2019
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat pada perdagangan di awal pekan ini. Bahkan rupiah sempat menyentuh 13.895 per dolar AS yang merupakan posisi terkuat sepanjang tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Senin (15/7/2019), rupiah dibuka di angka 13.993 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.007 per dolar AS.
Pada siang hari, rupiah terus menguat hingga menyentuh angka 13.895 per dolar AS. Angka ini merupakan penguatan terbesar sepanjang 2019 ini. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 3,35 persen.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.970 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.085 per dolar AS.
Pengamat Ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira mengatakan, penguatan rupiah ini merupakan salah satu efek dari rekonsiliasi yang terjadi usai Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Khususnya setelah kedua kandidat calon presiden yang bertarung yaitu Jokowi dan Prabowo Subianto bertemu di MRT Jakarta, pada Sabtu pekan lalu.
"Betul, (efek dari pertemuan Jokowi-Prabowo). Salah satunya dari dalam negeri ada harapan rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo bisa membawa stabilitas politik dalam 5 tahun kedepan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Namun selain dampak dari pertemuan tersebut, ada juga faktor lain yang turut mempengaruhi penguatan rupiah hari ini, salah satunyaa soal adanya harapan rilis neraca dagang BPS hari ini surplus.
"Dari faktor eksternal, dollar index dalam sepekan terakhir turun 0,5 persen karena investor melepas kepemilikan aset berdenominasi dolar menyusul sinyal The Fed akan pangkas bunga acuan," jelas dia.
Advertisement
BI Prediksi Nilai Tukar Rupiah 13.900 - 14.000 per Dolar AS di 2020
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyampaikan asumsi ekonomi makro tahun 2020 untuk nilai tukar Rupiah adalah pada level 13.900-14.300 dan inflasi 3 persen plus minus 1.
Perry menilai,sejauh ini Rupiah masih menunjukan kondisi yang positif. Tercatat hingga hari ini nilai tukar berada pada posisi 14.250 terhadap dolar Amerika Serikat (USD).
"Hingga tanggal 10 Juni 2019 nilai tukar Rupiah 14.250 per USD atau menguat 0,91 persen bila dibandingkan dengan level akhir tahun 2018 yaitu Rp 14.380, nilai tukar rupiah pada tahun 2019 mencapai Rp 14.187 atau menguat 0,41 persen dibandingkan rerata tahun 2018 Rp 14.246," kata dia pada Selasa 11 Juni 2019.
Selain itu, BI memperkirakan bahwa Neraca Pembayaran Indonesia akan mencatat surplus sejalan dengan prospek aliran masuk modal asing yang terus berlanjut.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) 2019 juga diperkirakan lebih rendah dari tahun 2018 yaitu dalam kisaran 2,5 sampai 3 persen terhadap PDB.
"Sejalan dengan perkiraan neraca pembayaran tersebut, kami memperkirakan rata-rata nilai tukar pada tahun 2019 akan berada pada kisaran Rp 14.000 - Rp 14.400 terhadap dolar Amerika Serikat," ujarnya.
"Pada tahun 2020 kami memperkirakan bahwa prospek penguatan Neraca Pembayaran Indonesia akan berlanjut ditopang oleh peningkatan aliran masuk modal asing dan penurunan defisit transaksi berjalan," dia menambahkan.
Aliran masuk modal asing (inflow) diperkirakan meningkat dipengaruhi oleh prospek ekonomi yang membaik dan juga koordinasi yang kuat kebijakan antara pemerintah Indonesia dan berbagai otoritas terkait, untuk 2019 defisit transaksi berjalan kita akan tetap terkendali.
"Dengan berbagai perkembangan tersebut kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar Rupiah pada tahun 2020 akan berada pada kisaran Rp 13.900 sampai dengan Rp14.300 dolar Amerika Serikat," tutupnya.