Liputan6.com, Jakarta - Direktur Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Leonardo Teguh Sambodo, mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sektor bisnis meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE). Sayangnya, industri tersebut belum terlalu dikembangkan dengan baik.
Leonardo mengatakan, jika menilik data 'Global Economics Significance Business Events Tahun 2018' oleh Oxford Economics, Indonesia masih berada di peringkat ke-17. Padahal Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor ini.
"Untuk Indonesia dampak dari industri MICE ada di peringkat ke 17." ujarnya, dalam acara 'IBEF 2019', di JCC, Jakarta, Jumat (19/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Berdasarkan dampak industri MICE, total pengeluaran langsung saat adanya kegiatan yang berkaitan dengan industri MICE mencapai USD 6,3 miliar, pengeluaran rata-rata per peserta USD 296.
Sedangkan untuk total peserta mencapai 21,4 juta orang. Sementara terkait penciptaan lapangan kerja, industri MICE telah menciptakan lapangan kerja bagi 104.000 orang.
Meskipun kinerja industri MICE Indonesia lebih baik dari negara ASEAN, seperti Thailand (peringkat 22) dan Singapura (peringkat 25), industri MICE Indonesia masih harus dikembangkan agar dampak ekonomi yang diberikan lebih besar lagi.
"Lebih tinggi dari Thailand di peringkat 22. Namun apabila dilihat dari share dampak dari industri MICE ini seperti masih ditingkatkan lebih tinggi," tandasnya.
Pemanfaatkan MICE untuk Pariwisata Bakal Datangkan Devisa
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, pemerintah tengah menyiapkan strategi menarik wisatawan dalam jumlah besar melalui pariwisata berbasis Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE). Pariwisata berbasis MICE ini akan menjadi program lima tahun pemerintah.
"Intinya 5 tahun ke depan MICE akan kita dorong menjadi nilai tambah pariwisata. Karena 5 tahun ke depan target kita tidak lagi sekedar jumlah wisatawan tapi bagaimana pariwisata itu lebih inklusif," ujar Bambang di Grand Sahid, Jakarta, Senin (11/2/2019).
Pemanfaatkan MICE untuk pariwisata akan mendatangkan devisa yang lebih besar. Sebab, sasaran wisatawan yang berkunjung nantinya tidak hanya peserta rapat tetapi juga warga negara asal tamu datang.
BACA JUGA
"Jadi, devisanya lebih besar dan yang menikmati itu adalah masyarakat yang terkait pariwisata. Tentunya proporsi MICE ke depan intinya Indonesia harus punya strategi MICE jenis apa yang harus kita adakan di Indonesia," jelasnya.
Adapun salah satu contoh MICE adalah gelaran Pertemuan Tahunan IMF-WB yang digelar pada 2018 di Bali. Gelaran ini bahkan mendatangkan wisatawan yang cukup besar ke Indonesia selain peserta pertemuan.
"MICE mau kita dorong menjadi quick win. Kenapa karena spending MICE itu minimum tiga kali lipat dari spending turis biasa. Dan juga orang-orang yang datang ke MICE dia bisa jadi influencer. Bisa jadi promosi gratis bagi pariwisata Indonesia ke depan," jelasnya.
Ke depan, pengembangan MICE akan langsung berada di bawah Kementerian Pariwisata. "Sehingga, biddingnya bisa dimulai lebih awal. Sekarang ini terus terang lebih jalan sendiri sendiri. Misalkan IWF-WB itu ide Kemenkeu dan BI pada waktu itu. Harusnya level MICE apalagi level seperti WB-IMF itu harus strategi nasional," jelasnya.
Advertisement