Liputan6.com, Cilacap - Pakar tsunami dari Badan Pengkajian Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko mengatakan ada potensi gempa megathrust Magnitudo 8,8 di selatan Jawa.
Tak hanya itu gempa juga berpotensi menimbulkan gelombang tsunami 20 meter di sepanjang pantai tersebut.
Dia menyebut ada segmen-segmen megathrust di sepanjang selatan Jawa hingga ke Sumba di sisi timur dan di selatan Selat Sunda. Akibatnya, ada potensi gempa megathrust dengan Magnitudo 8,5 hingga Magnitudo 8,8.
Baca Juga
Advertisement
Gempa dengan magnitudo cukup besar tersebut berpotensi menyebabkan munculnya gelombang tsunami. Berdasarkan permodelan, gelombang tsunami tersebut memiliki potensi ketinggian 20 meter dengan jarak rendaman sekitar tiga hingga empat kilometer.
Daerah yang berpotensi terkena dampak gelombang tsunami jika terjadi gempa megathrust di selatan Jawa khususnya di selatan DIY cukup panjang yaitu dari Cilacap hingga ke Jawa Timur.
Pernyataan potensi tsunami 20 meter yang dikutip berbagai media itu lantas viral di berbagai linimassa. Di Cilacap, sebagian masyarakat panik.
Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji sampai memerintahkan agar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) serta sejumlah instansi lainnya memenangkan masyarakat dengan sosialisasi kebencanaan. Seluruh saluran informasi digunakan, mulai dari media elektronik, media cetak hingga media sosial.
Bupati menyatakan bahwa informasi tsunami 20 meter itu membuat sebagian Masyarakat Cilacap terutama yang berada di pesisir pantai resah dan panik.
Sosialisasi Lewat Berbagai Media
Ia juga menugaskan Wakil Bupati untuk melangkah cepat. Dinas Kominfo, BPBD, bagian Humas Setda juga diperintahkan untuk mensosialisasikan penjelasan resmi Pemkab Cilacap. Tujuannya tentu agar masyarakat tenang.
"Mengingat bencana gempa bumi tersebut kejadiannya tidak bisa diprediksi secara tepat, baik waktunya, kapan terjadinya dan kekuatannya berapa," tulis bupati, dalam suratnya kepada Gubernur Jawa Tengah, dikutip Liputan6.com, Sabtu malam, 20 Juli 2019.
Beberapa langkah yang dilakukan di antaranya, pada Jumat pagi tadi, Dinas Kominfo dan BPBD bersiaran melalui Radio Bercahaya FM dan YES Radio. Dalam siaran itu, pemerintah meminta agar kabar tersebut ditanggapi dengan bijak.
"Masyarakat tetap tenang dan tidak panik tetapi tetap waspada mengingat kabupaten cilacap merupakan salah satu daerah rawan bencana," ujar bupati.
Saluran informasi lainnya juga digunakan. Humas Pemkab dan BPBD juga menggelar konferensi pers terkait perkiraan gempa M 8,8 dan tsunami 20 meter tersebut.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Tri Komara Sidhy juga menyatakan agar masyarakat tak panik dalam menanggapi perkiraan potensi tsunami 20 meter tersebut.
Dia mengklaim, Cilacap telah membentuk Desa Tanggap Bencana (Destana) di sepanjang pesisir selatan. BPBD dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah memasang sebanyak 35 alat peringatan dini tsunami di sepanjang pesisir.
Advertisement
Destana dan Alat Peringatan Dini Tsunami
Dua kali tiap bulan, alat itu diujicoba. Ujicoba itu sekaligus untuk mengecek kondisi alat peringatan dini yang tersebar di sepanjang pesisir.
"Ya kita pastikan siap karena selalu diujicoba tiap bulan," Komara mengungkapkan.
Namun, ia pun mengakui ada kendala jika gempa terjadi saat aliran listrik mati. Akibatnya, peringatan dini tak bisa dibunyikan.
Menurut dia, kondisi ini pernah terjadi pada 2017. Saat itu, sebagian peringatan dini di berbagai wilayah mati lantaran mati listrik.
"Yang rusak saat itu akibat gempa 282 rumah. Alhamdulillah tidak ada korban jiwa," ujarnya.
Komara juga mengimbau agar masyarakat tak termakan isu hoax atau informasi bohong. Sebab, informasi benar yang kemudian viral di dunia maya terkadang kerap tercampur dengan berita yang tak bisa dipertanggungjawabkan.
"Jangan resah. Karena gempa itu tidak bisa diprediksi kapan pasti waktunya," dia menegaskan.
Namun begitu, dia mengakui pesisir selatan Cilacap sangat berisiko gempa dan tsunami. Dia menyatakan ada ratusan ribu jiwa tinggal di kawasan rawan tsunami di pesisir Cilacap yang memiliki garis pantai sepanjang 71 kilometer.
Sebab itu, ia pun meminta agar masyarakat mewaspadai kemungkinan tsunami seperti yang terjadi pada 2006. Saat itu, seratusan lebih warga meninggal dunia dan sekitar 50 lainnya dinyatakan hilang.
"Jangan resah, jangan panik. Tetapi, tetap waspada," Komara menegaskan.
Saksikan video pilihan berikut ini: