Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia saat ini tengah fokus dalam mendatangkan investasi asing ke Indonesia. Upaya ini dilakukan dalam mendoeong percepatan pertumbuhan ekonomi mengingat APBN sangat terbatas.
Sayangnya, dalam mendatangkan investasi asing ini, Indonesia harus bersaing ketat dengan Vietnam. Bahkan ada beberapa alasan sejumlah investor lebih memilih Vietnam dalam menanamkan modalnya daripada Indonesia.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Hendri Saparini memaparkan sejumlah alasan mengenai hal itu.
"Di Vietnam itu tidak ada iso soal permasalahan tanah karena semua tanah di sana dikuasai negara. Jadi investor tinggal sewa saja, dan pemerintah juga tinggal naikkan sewanya di beberapa lokasi strategis," ucap Hendri seperti ditulis, Minggu (21/7/2019).
Baca Juga
Advertisement
Tidak hanya itu, Hendri menilai pemerintah Vietnam juga selalu konsisten dan fokus dalam setiap program pembangunan infrastrukturnya. Memang, Vietnam tidak begitu jor-joran dalam pembangunan infrastruktur ini. Hanya saja mereka lebih fokus.
Seperti dalam beberapa tahun terakhir, negara tersebut melakukan pengembangan infrastruktur fokus untuk industri manufaktur dan peningkatan pariwisata.
Saksikan video terkait di bawah ini:
Pembangunan Infrastrukrut Lebih Fokus
Soal fasilitas infrastruktur pariwisata, Hendri mencontohkan di Vietnam tidak membangun hotel-hotel dengan pelayanan bintang empat ataupun bintang lima. Justru yang dibangun adalah hotel-hotel budget.
"Jadi pemerintah sana konsisten dalam pengembangan wisata eksotis, seperti budaya daerah mereka. Dan ternyata wisatawan itu tidak butuh hotel bintang empat atau lima, dan mereka enjoy," tambah Hendri.
"Tidak hanya itu, soal pariwisata ini, mereka melakukan reformasi toilet dan kemanan. Itu saja. Nyatanya wisatawan itu mengutamakan bersih dan aman. Tidak harus di hotel bintang lima," tambah Hendri.
Untuk itu, dia berharap pemerintahan baru nanti bisa menciptakakn sejumlah terobosan dalam hal peningkatan daya tarik invesatsi asing ini.
Advertisement
Turunkan Suku Bunga, BI Pastikan Investasi di RI Tetap Menarik
Bank Indonesia (BI) menetapkan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate atau suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada angka 5,75 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan, penurunan suku bunga memang berdampak pada penurunan suku bunga pada surat utang negara (SBN). Kendati demikian, pihaknya memastikan bahwa imbal hasil yang diperoleh investor tetap akan tinggi.
"Kita meyakini dengan penurunan suku bunga, imbal hasil aset keuangan Indonesia masih sangat menarik, bahkan dengan suku bunga yang sekarang, kedepan masih ada ruang terbuka untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif," tuturnya di Kantor BI, Kamis (18/7/2019).
Pihaknya menegaskan, risiko outflow atau arus modal asing keluar dari ketetapan penurunan suku bunga acuan BI memang ada. Tetapi, faktor domestik terkait yield surat utang tenor 10 tahun masih lebih menarik dibandingkan negara-negara lain.
"Beberapa indikator adalah melihat imbal hasil dari Indonesia maupun luar negeri. Dan saya bisa bandingkan bagaimana US Treasury Yield, kami meyakini berinvestasi di portfolio Indonesia itu menarik jadi kestabilan eksternal kita itu dalam konteks balance of payment," ujarnya.
Dia pun menambahkan, BI kedepannya masih terbuka lebar untuk menerapkan kebijakan yang lebih akomodatif. Itu seperti penurunan suku bunga acuan, operasi moneter yang lebih ekspansif, dan penurun giro wajib minimun (GWM).