Kunjungan Wisawatan ke Gunung Bromo Tak Surut Pasca Erupsi

Kunjungan wisatawan Gunung Bromo nampaknya tidak turun meski terjadi erupsi pada Jumat, 19 Juli 2019.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 21 Jul 2019, 07:11 WIB
Wisatawan menikmati pemandangan Gunung Bromo (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Probolinggo - Kunjungan wisatawan Gunung Bromo nampaknya tidak turun meski terjadi erupsi pada Jumat, 19 Juli 2019.

"Untuk kunjungan wisatawan tetap siginifikan meski kemarin sempat terjadi letusan pada kawah gunung Bromo," kata Subur Hadi Harihandoyo Kepala Resort Lautan Pasir Gunung Bromo TNBTS, Sabtu (20/7/2019).

Subur menegaskan, saat ini wisata Gunung Bromo tidak ada penutupan. Namun, hanya wisatawan dan masyarakat dilarang untuk mendekati ke kawah gunung Bromo sesuai dengan rekomendasi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pos Pantau Gunung Bromo di Cemoro Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukupara Kabupaten Probolinggo. 

"Hanya di titik lokasi jalur menuju gunung Bromo di radiua 1 kilometer pihak terkait sudah kita lakukan penutupan," ujar dia.

Upaya ini dilakukan demi menjaga keselamatan pengunjung yang datang ke Bromo. "Di luar jarak radius 1 kilometer  wisatawan bisa menikmati keindahan alam Bromo," kata dia.

Dia juga menyebutkan selama terjadi letusan kemarin dari erupsi gunung Bromo, terjadi suara gemuruh dan mengeluarkan batu pijar dari mulut kawah dan jatuh di radius 500 meter dari mulut kawah. Sedangakan abu vulkanik mengarah ke wilayah Poncokusumo Malang.

"Saat ini kondisi aktifitas  Gunung Bromo mulai berangsur turun. Kami terus berkoordinasi dengan pihak PVMBG," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Aktivitas Gunung Bromo Berangsur Normal

Aktivitas Gunung Bromo Berangsur Normal (Liputan6/Dian Kurniawan)

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos pantau Cemoro Lawang, Desa Ngadisari Kecamatan Sukupara, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, secara inten  terus memantau aktivitas gunung Bromo pasca terjadi erupsi pada Jumat sore.

Wahyu Adrian Kusuma, Kepala Pengamatan  PVMBG pos pantau Gunung Bromo mengatakan, aktivitas gunung Bromo saat ini sudah berangsur normal dibandingkan dengan kondisi Bromo saat erupsi pada Jumat, 19 Juli 2019.

"Potensi tentang erupsi pihaknya akan inten melakukan pemantauan energi di dalam kawah gunung Bromo," tuturnya, Sabtu (20/7/2019).

Sejak pertengahan Juli 2019 terjadi peningkatan gempa vulkanik gunung Bromo. "Ditambah lagi dengan adanya getaran gempar tektonik yang terjadi di selatan pulau Bali beberapa waktu lalu," katanya.

Wahyu mengaku, dengan ada hal itu, secara otomatis tekanan kawah di dalam gunung Bromo mengalami peningkatan. "Dari sinilah akhirnya pada Jum'at sore kemarin gunung Bromo mengalami erupsi," tegasnya.

Kondisi kawah gunung Bromo saat ini, menurut Wahyu sudah mulai berangsur normal dengan tremor dominan 1 milimeter. Sedangkan hembusan asap sesekali terlihat dengan ketinggian 50 sampai dengan 300 meter mengarah ke barat daya, barat dan barat laut.

"Gunung Bromo saat ini berada di level II tetap waspada dengan tidak mendekati radius 1 kilometer dari bibir kawah," ujarnya.


Banjir Lahar Dingin Kaldera Tak Terkait Erupsi Gunung Bromo

Wisatawan saat mengabadikan keindahan pemandangan Gunung Bromo saat menjelang pagi hari di lereng seruni, Kabupaten Probolinggo, Minggu, (3/4 /2016). Terjadinya erupsi lava di gunung Bromo yang masih terjadi menambah eksotik keindahan gunung ini. (Gholib)

Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Humas Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Sarif Hidayat mengatakan, kejadian aliran air disertai material batuan berukuran abu hingga pasir di kaldera yang terjadi pada Jumat sore 19 Juli 2019, tidak terkait langsung dengan aktivitas erupsi Gunung Bromo.

"Berdasarkan keterangan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM, banjir di kawasan kaldera Gunung Bromo karena air hujan merupakan fenomena alam yang biasa. Sehingga bukan lahar dari material magma Gunung Bromo," kata dia, seperti dikutip dari suarasurabaya.net, Sabtu (20/7/2019).

Berdasarkan tanggapan dari PVMBG, lanjut dia, kejadian banjir diakibatkan karena hujan yang terjadi di sekitar kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo bersamaan dengan kejadian erupsi yang menghasilkan abu vulkanik. "Selain itu, morfologi kaldera Tengger merupakan topografi rendah yang dikelilingi oleh perbukitan sehingga jika terjadi hujan, aliran air akan bergerak ke arah dasar kaldera," tuturnya.

Ia menjelaskan, endapan batuan di sekitar perbukitan kaldera Tengger dan puncak Gunung Bromo umumnya terdiri dari produk jatuhan yang bersifat lepas, sehingga akan mudah tergerus oleh air hujan.

Pengamatan cuaca sejak tanggal 1 hingga 18 Juli 2019 umumnya cuaca di sekitar Gunung Bromo cerah, berawan hingga mendung. Namun pada tanggal 19 Juli 2019 pukul 16.43 WIB, tercatat satu kali hujan gerimis dan curah hujan tercatat di Pos Pengamatan Gunung Api Bromo sebesar 0,4 mm.

Aliran banjir berasal dari sisi barat daya lereng Gunung Bromo memutari Gunung Batok ke arah barat dan getaran banjir terekam di seismograph dengan amplitudo maksimum 1 mm dan lama gempa 3 menit 20 detik.

"Peningkatan aktivitas Gunung Bromo berbarengan dengan kondisi hujan yang menimbulkan aliran sungai sesaat pada Jumat sore, sehingga muncul aliran seperti sungai dan seperti biasa tidak berlangsung lama, sehingga itu fenomena alam yang biasa," katanya.

Sarif mengatakan, Gunung Bromo masih tetap dikunjungi oleh wisatawan domestik dan mancanegara pascaerupsi. Namun petugas TNBTS mengimbau kepada semua wisatawan untuk tetap mematuhi rekomendasi batas aman radius 1 kilometer dari kawah aktif untuk keselamatan pengunjung.

"Sejumlah petugas juga berjaga di kawasan kaldera Gunung Bromo dengan tetap memantau aktivitas gunung api yang memiliki ketinggian 2.329 mdpl itu," ujarnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya