Perjuangan Menggempur Stunting di Flores Timur

YPPS melakukan berbagai program untuk menekan angka stunting di Flores Timur NTT,

oleh Ola Keda diperbarui 22 Jul 2019, 01:00 WIB
Tim YPPS bersama bupati Flores Timur, Anton Hadjon usai berdisukusi soal penanganan stunting (Liputan6.com / Ola Keda)

Liputan6.com, Kupang - Tingginya penderita stunting atau tubuh pendek di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), membangkitkan semangat aktivis kemanusiaan Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) untuk menekan angka stunting.

Upaya pencegahan yang dilakukan yaitu program Voice for Change Partnership (V4CP) sektor Food and Nutrition Security (FNS). Program ini bekerja sama dengan SNV, sebuah lembaga pembangunan pemerintah Belanda.

"Kami bekerjasama dengan pemda melalui dinas kesehatan, untuk melakukan advokasi gempur stunting di setiap desa," ujar Direktur YPPS Flores Timur, Melki Koli Baran kepada Liputan6.com, Sabtu (20/7/2019).

Stunting pada balita bertubuh pendek dipengaruhi oleh asupan gizi. Ini dapat diketahui dengan angka berat dan tinggi bayi di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita seumurnya.

Untuk mencegah stunting, lanjut Melki, ibu harus memperhatikan asupan gizi sejak masa kehamilan. Yaitu dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung yodium.

Dari total 250 desa/kelurahan di Flores Timur, sebanyak 36 desa masuk kategori zona merah yang rawan stunting.

Di tahun 2016, data stunting di Flores Timur cukup tinggi. Sekitar 36 persen bayi dan balita terkena stunting dari 20.000 bayi dan balita. Pada 2017, angka stunting di NTT mencapai 41 persen.

"Di kabupaten Flotim mencapai 44 persen dari angka nasional 37,7 persen. Terutama di desa di Kecamatan Adonara Barat yang lebih tinggi," katanya.

Tingginya angka stunting harus digempur dengan aksi nyata. Penanganannya harus menjadi sebuah gerakan, perlu ada wadah bergerak dengan mempromosikan makanan lokal untuk perbaikan gizi.

Upaya itu melahirkan rembuk stunting YPPS dengan pemerintah Flores Timur. Rembuk ini menghasilkan peluncuran program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), hingga penandatanganan Perbup. Program ini mewajibkan peran dan tanggungjawab desa dalam pencegahan stunting.


Program Rembuk Stunting

Tim YPPS saat melakukan advokasi dan pendampingan gempur stunting di desa (Liputan6.com / Ola Keda)

"Selama ini stunting masih sebatas layanan dari dinas kesehatan. Misi kami, stunting harus mnjadi isu pembangunan di Flores Timur," ujarnya.

Upaya advokasi stunting oleh YPPS ini didukung oleh Pemda Flores Timur. Pada tanggal 16 November 2018 lalu, pemerintah Flores Timur mendeklarasikan gempur stunting dengan program "Gerobak Cinta".

Program ini mengkampanyekan basmi stunting, dengan mewajibkan para ibu lebih pro aktif melakukan pelayanan kesehatan bagi anaknya.

Seperti mengajarkan pola hidup sehat dan memberi makanan pangan lokal berupa sorgum dan kelor.

"Stunting harus jadi gerakan masyarakat dan semua pihak harus berpartisipasi," katanya.

Advokasi itu pun berhasil menurunkan angka stunting di Flores Timur. Dengan pemberian makanan tambahan pangan lokal, saat ini angka stunting turun hingga 26 persen.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya