Liputan6.com, Jakarta - Shandy Aulia menjajal bidang baru yakni memproduseri film dan menulis skenario lewat film Kutuk. Dalam Kutuk, Shandy Aulia menulis naksah bersama Fajar Umbara. Lewat jabatan produser, Shandy Aulia memperkenalkan rumah produksi baru miliknya, Scene Avenue Movies.
Film pertama yang diproduksi Shandy Aulia bergenre horor. Shandy Aulia beralasan, genre horor punya peminat setia. Namun Shandy Aulia mengakui, jadi produser bukan perkara mudah.
“Sudah berkarier sejak 16 tahun lalu, dari film pertama saya Eiffel I’m in Love. Untuk jadi produser, ternyata mengandalkan pengalaman di seni peran saja tidak cukup. Menjadi produser bukan melulu soal uang. Ibarat menyajikan makanan, saya meracik dan ikut memasak benaran,” ungkap Shandy Aulia kepada Showbiz Liputan6.com.
Tahun lalu Shandy Aulia memberanikan diri memulai produksi film Kutuk. “Biasanya sebagai pemain utama saya hanya datang ke lokasi syuting, akting, dan pulang untuk persiapan syuting besok,” imbuhnya.
Baca Juga
Advertisement
Kesalahan
Kini Shandy Aulia bertanggung jawab atas waktu syuting sampai fase pascaproduksi. Saat di depan kamera, ia mesti fokus menghidupkan karakter. Tiba di rumah, Shandy Aulia memantau persiapan syuting hari berikutnya termasuk mengawasi pergerakan biaya produksi.
Shandy Aulia mengaku membuat kesalahan saat syuting film Kutuk. “Kesalahannya yakni adegan terberat harusnya diambil di awal syuting. Kami terbalik. Adegan terberat dieksekusi di hari terakhir. Ternyata, butuh waktu 2,5 hari,” Shandy Aulia menukas.
Advertisement
2 Hari Tak Tidur
Akibatnya, Shandy Aulia tidak tidur 2,5 hari. Kalau pun sempat tidur, tak bisa nyenyak. “Hampir tidak tidur (pada hari-hari terakhir). Kepikiran adegan dan biaya produksi. Buat saya ini lebih mengerikan daripada bertemu setan, ha-ha-ha!” seloroh aktris kelahiran Jakarta, 23 Juni, ini.
Shandy Aulia berharap Kutuk disambut penonton. Ia berjanji rumah produksinya tak hanya membuat film horor. “Tentu tidak. Saya tengah mendalami beberapa naskah komedi romantis. Sedang dipilih mana yang pas,” pungkasnya. (Wayan Diananto)
