Liputan6.com, California - Kekosongan yang luas di antara galaksi dapat meregangkan jutaan tahun cahaya dan mungkin tampak tak ada apapun di sana. Namun ruang-ruang ini sebenarnya mengandung lebih banyak materi daripada galaksi itu sendiri.
"Jika Anda mengukur satu meter kubik, Anda akan mendapatkan kurang dari satu atom di dalamnya," ujar Michael Shull, seorang astronom di University of Colorado Boulder, mengatakan kepada Live Science yang dikutip pada Senin (22/7/2019).
Jadi, dari mana semua materi ini berasal dan untuk apa?
Materi antara galaksi --sering disebut media intergalaksi atau IGM-- sebagian besar bersifat panas, mengandung hidrogen terionisasi (hidrogen yang kehilangan elektronnya) dengan potongan-potongan unsur yang lebih berat seperti karbon, oksigen, dan silikon yang terlontar ke bagian dalam.
Baca Juga
Advertisement
Meski unsur-unsur ini biasanya tidak bersinar cukup terang untuk dilihat secara langsung, tetapi para ilmuwan tahu materi tersebut ada di sana karena jejak yang ditinggalkan pada cahaya yang lewat.
Pada tahun 1960-an, para astronom pertama kali menemukan quasar --galaksi yang sangat terang dan aktif di alam semesta yang jauh-- dan tak lama kemudian, ilmuwan memperhatikan bahwa sinar quasar memiliki potongan yang hilang.
Potongan-potongan itu telah diserap oleh sesuatu di antara quasar dan teleskop para astronom, yaitu gas dari IGM. Dalam beberapa dekade sejak itu, para astronom telah menemukan jaring besar, filamen gas, dan unsur-unsur berat yang secara kolektif mengandung lebih banyak materi daripada semua galaksi yang bersatu.
Sebagian dari gas tersebut kemungkinan merupakan sisa Big Bang, tetapi unsur-unsur yang lebih berat di dalamnya mengisyaratkan bahwa sebagian berasal dari debu bintang purba, yang dimuntahkan oleh galaksi.
Daerah terpencil di IGM akan terisolasi selamanya dari galaksi tetangga saat alam semesta mengembang, kemudian akan ada lebih banyak daerah "pinggiran" yang memainkan peran penting dalam kehidupan galaksi.
IGM, di bawah pengaruh tarikan gravitasi galaksi, perlahan terakumulasi ke galaksi lain pada laju sekitar satu massa matahari per tahun, yaitu terkait dengan pembentukan bintang di cakram Bimasakti.
"IGM adalah gas yang mengembangbiakkan pembentukan bintang di galaksi," kata Shull. "Jika tidak ada gas yang ditarik oleh gravitasi di sebuah galaksi, pembentukan bintang perlahan-lahan akan terhenti ketika gas mulai habis."
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Ada Bintang
Untuk menyelidiki IGM, para astronom juga sudah mulai melihat semburan radio cepat (FRB) yang berasal dari galaksi jauh. Menggunakan kedua teknik ini dan dengan memeriksa cahaya quasar, para astronom terus mempelajari karakteristik IGM untuk menentukan suhu dan kepadatan yang bervariasi.
"Dengan mengukur suhu gas, Anda bisa mendapatkan petunjuk tentang asal-usul IGM," Shull menjelaskan. "Ini memungkinkan kita untuk mengetahui bagaimana IGM memanas dan bagaimana terjadinya."
Meskipun gas meresap di antara galaksi, ini bukan satu-satunya hal yang terjadi di luar sana. Para ahli juga menemukan bintang. Kadang-kadang disebut bintang intergalaksi atau bintang pengembara.
Bintang-bintang itu diperkirakan telah terlempar dari galaksi kelahirannya oleh lubang hitam atau tabrakan dengan galaksi lain.
Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal melaporkan lebih dari 650 bintang-bintang seperti itu hidup di tepian Bimasakti, dan dengan beberapa perkiraan, mungkin ada triliunan di luar sana.
Advertisement