Liputan6.com, Batam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktur Jenderal Sumber Daya Air Hari Suprayogi dan Plt. Gubernur Kepri Isdianto membuka secara resmi proses pengairan Bendungan Sei Gong, Kecamatan Galang, Batam, Kepulauan Riau pada Jumat (19/7) sore. Pengairan bendungan yang proses pengerjaannya dimulai sejak November 2015 lalu ini ditandai dengan penekanan sirine.
"Proses pembangunan fisik sudah selesai, sekarang proses impounding (Pengisian)," kata Hari di Bendungan Sei Gong, Pulau Galang, Batam.
Advertisement
Lebih lanjut Hari menjelaskan, proses pengisian ini merupakan proses awal untuk menguji pembangunan utama bagian fisik bendungan. Proses ini juga akan disertai dengan kegiatan desalinasi atau proses menghilangkan kadar garam berlebih dalam air untuk mendapatkan air yang dapat dikonsumsi binatang, tanaman dan manusia.
"Pembangunan fisik sudah selesai, ini kita testing, testing bendungan sekaligus desalinasi. Baru nanti peresmian oleh menteri atau presiden," kata Hari di lokasi bendungan yang terletak di dekat Jembatan 6 Barelang, Batam.
Dari 65 bendungan yang menjadi proyek strategis nasional di masa pemerintahan Jokowi dan Jusuf Kalla, Bendungan Sei Gong ini menjadi bendungan ke-16 yang prosesnya sudah pada tahap pengairan. Bendungan Sei Gong ini juga bagian dari 49 bendungan yang masuk dalam proyek baru, sementara 16 sisanya adalah proyek lanjutan.
Hari melanjutkan, nantinya bendungan dengan ukuran panjang 280 meter dan tinggi 12 meter, dan memiliki luas genangan air 355,99 hektar dengan kapasitas tampung 11,8 juta meter kubik ini, akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku masyarakat Batam dan Kecamatan Galang khususnya.
Kebutuhan air baku di Batam pada 2020 mendatang diperkirakan mencapai 4.500 liter per detik, saat ini masih ada kekurangan sekitar 750 liter per detik. Dengan kapasitas Bendungan Sei Gong yang mencapai 400 liter per detik, jika nantinya beroperasi maka tinggal menyisakan kekurangan sebanyak 350 liter per detik saja.
Lebih jauh, terkait dengan kawasan bendungan yang akan dijadikan lokasi wisata air, Hari menyambut baik hal tersebut. Hanya saja, jika nantinya dijadikan lokasi pariwisata, Hari berharap agar bisa dikelola dengan baik, utamanya memperhatikan pada sisi keamanannya.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV Ismail Widadi menjelaskan, sebelum proses pengairan ini bisa dilakukan, lebih dulu dilakukan sejumlah tahapan. Mulai dari proses pembebasan lahan seluas 355,99 hektar oleh BP Batam sampai dengan penyelesaian konstruksi tubuh bangunan oleh BWS Sumatera IV yang dilakukan selama 1.440 hari kerja.
"Acara ini menandai selesainya konstruksi tepat waktu, tubuh bendungan, pelimpa, pengelak, bangunan pompa, rumah genset, dan sarana jalan," terang Ismail.
Setelah itu dilanjutkan ke proses penyediaan air baku yang diawali dengan desalinasi yang saat ini mulai dilakukan, dimana prosesnya memakan waktu antara satu tahun hingga dua tahun ke depan. Kemudian Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR akan bekerja sama dengan BP Batam untuk membangun instalasi pengelolaan air layak konsumsi yang dapat digunakan oleh masyarakat Batam.
Hadir dalam pengairan di bendungan dengan anggaran sebesar Rp 238,44 miliar ini, Plt Gubernur Kepri Isdianto mengatakan, pemerintah di tingkat daerah sangat terbantu dengan hadirnya infrastruktur yang dibangun melalui Kementerian PUPR.