Satu-Satunya di Dunia, Ada Bakmi Jawa Kemasan Kaleng

Inovasi kuliner seperti Bakmi Jawa Kaleng ini perlu dilakukan pengusaha kuliner.

oleh Yanuar H diperbarui 23 Jul 2019, 15:00 WIB
Bakmi Mbah Hardjo berinovasi dengan mengeluarkan produk bakmi jawa dalam kemasan kaleng. (Liputan6.com/ Yanuar H)

Liputan6.com, Yogyakarta - Bakmi Jawa sering ditemui di Yogyakarta dan sekitarnya. Keberadaan menu ini cukup dicari warga Yogyakarta atau wisatawan yang datang. Bambang Tri Mulyono, pemilik Bakmi Mbah Hardjo melihat peluang dari kuliner ini dengan Bakmi Jawa kaleng.

"Bakmi Jawa Kaleng ini pertama di Indonesia atau bahkan di dunia," katanya kepada Liputan6.com, Sabtu, 20 Juli 2019.

Bambang melihat potensi kuliner di Yogyakarta cukup tinggi sehingga inovasi kuliner seperti Bakmi Jawa Kaleng ini perlu dilakukan pengusaha kuliner.

"Ini produk inovasi kita selama ini kalau makan bakmi Jawa antre lama tapi ini bisa dimakan di mana saja, tidak antre lagi dan siap saji," katanya.

Inovasi kuliner yang dilakukan memang tidak mudah dilakukan karena perlu penelitian dan percobaan berkali-kali. Terlebih proses sterilisasi yang harus dilakukan.

"Proses sterilisasi ini ada pakai standar sertifikasi dengan standar international dan lebih higienis," katanya.

Inovasi Bakmi Jawa buatannya bisa bertahan hingga 1 tahun. Bambang mengaku membuat Bakmi Jawa Kaleng ini memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Seperti menemukan formula yang pas sehingga mi yang dibuatnya tidak hancur sebelum masuk ke kaleng.

"Ini jadi tantangan bagi saya. Kita ngepaske formulanya bisa jadi empuk karena proses sterilisasi itu butuh 1,5 jam. Bakmi itu dikukus 1,5 jam dengan suhu 130 derajat. Karena bakmi ini direbus sedikit saja sudah hancur, ini formulanya ramai sekali," katanya.

Bambang mengatakan lokasi warung Bakmi Mbah Hardjo ada di Keloran, Senggotan, Kasihan, Bantul. Setiap harinya produksi Bakmi Jawa Kaleng bisa mencapai 500 kaleng.

"Bakmi Jawa kaleng ini sudah dikirim ke Sumatra. Tapi ini bisa dikirim ke mana saja," katanya.

 


Tata Cara Makan Bakmi Jawa Kaleng

Bakmi Mbah Hardjo berinovasi dengan mengeluarkan produk bakmi jawa dalam kemasan kaleng. (Liputan6.com/ Yanuar H)

Menikmati Bakmi Jawa Kaleng memang menarik karena bagaimana cara makannya. Bambang mengatakan setidaknya ada dua cara makan Bakmi Jawa Kaleng ini.

"Biasanya kan panas pertama pakai microwave dengan dipanaskan," katanya.

Ketika makan dengan cara dipanaskan di microwave ini cukup umum dan mudah. Namun, bagi yang tidak memiliki atau menemukan microwave maka bisa menggunakan cara kedua.

"Pakai alat masak, dituang ke wajan teflon kasih air 50 cc kita aduk dan tunggu airnya agak habis trus bisa langsung dinikmati," katanya.

Bambang mengaku memang kalengnya kecil, tetapi ketika dibuka dan diproses untuk dimakan maka bisa dinikmati dengan porsi yang pas.

"Bakmi Jawa Kaleng 300 gram ini, ya untuk satu orang. Ini keliatan kecil tapi ini padat kalo sudah keluar ini bisa satu piring," katanya.

Sementara ini, produknya masih akan disimpan dan dijual dengan kaleng. Menurutnya, pemilihan kaleng untuk menyimpan produknya karena lebih aman dan higienis.

"Kaleng ini kemasan yang paling aman. Kita bawa ke pesawat tidak gampang rusak," katanya.

Produknya bisa dijual dengan harga yang terjangkau yaitu kripik Kejam Rp20 ribu, Bakmi Jawa Kaleng Rp35 ribu, dan rica ayam Rp45 ribu. 

 


Warna Warni Usaha Bakmi Jawa Kaleng

Bakmi Mbah Hardjo berinovasi dengan mengeluarkan produk bakmi jawa dalam kemasan kaleng. (Liputan6.com/ Yanuar H)

Usaha kuliner di Yogyakarta menurut Bambang harus pintar dalam berinovasi. Hal ini agar tetap bisa bertahan di tengah perkembangan zaman.

"Kita ada Rica-Rica Ayam kaleng, sama  kripik Kejam yaitu kripik jamur tiram. Kripik kita kasih bumbu rasa, ada rasa gurih pedas, dan sapi panggang," katanya.

Sebagai pengusaha memulai usaha bakmi yang sudah dijalani 9 tahun terakhir memang memiliki cerita sendiri. Inovasi baru di bidang kuliner harus dilakukan oleh Bakmi Jawa Mbah Hardjo sehingga tahun ini ia merilis produk Bakmi Jawa Kaleng.

"Inovasi ini tidak gampang. Termasuk kita cari tagline yaitu Rasa Tidak Kaleng-Kaleng. Kaleng-kaleng itu kan  psikologisnya kita bikin iklan itu gampang tapi yang bisa diinget dengan mudah," katanya.

Ia memiliki beberapa kendala saat berinovasi di dunia kuliner ini. Kendala pertama dan utama bagi para pengusaha terutama UMKM adalah modal.

"Ya utama kan modal. Karena kaleng kan enggak bisa ngecer, sekali nurunin kaleng itu 20 ribu nah kita beli minimal 15 ribu ya sekitar 100 juta-an. Belum menemukan formula itu percobaan habis berapa," katanya.

Ia pun berupaya untuk menjual produknya ke seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya itu, target pribadinya adalah menjual produk ini ke luar negeri.

"Ya cita rasa Jawa banget, sudah kirim ke Sumatra, Suriname belum, target pasar kami ke sana," katanya.

Ia berharap ada beberapa perusahaan yang mau bergabung dengan dirinya. Sebab, mengembangkan usaha yang sudah dimulainya ini memang harus dilakukan demi keberlangsungan usaha tersebut.

"Next ini bakmi nusantara nanti ada bakmi Lampung dan lainnya. Kami terbuka kok," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya